Teknologi
Semakin Dekat Masa Depan Transportasi dengan Mobil Terbang
Bayangkan ini: Tahun 2015. Dalam film Back to the Future Part II, Doc Brown dan Marty McFly terbang ke masa depan dengan menggunakan DeLorean yang bisa terbang. Meskipun mereka terlihat aneh di dunia yang baru, kendaraan mereka sepertinya sangat normal, bahkan canggih. Di masa depan yang dibayangkan oleh film tersebut, mobil terbang sudah menjadi hal biasa. Tapi, kini kita sudah berada lebih dari sepuluh tahun setelah tahun 2015, dan mobil terbang masih belum benar-benar ada di kehidupan nyata.
Namun, jangan khawatir, karena mobil terbang yang kita impikan dalam berbagai cerita fiksi ilmiah dan fantasi itu sebenarnya sudah mulai mendekati kenyataan. Teknologi yang dibutuhkan untuk menciptakan kendaraan terbang sudah ada, menurut Xiaosong Du, seorang insinyur dirgantara dari Universitas Sains dan Teknologi Missouri. Bahkan, beberapa perusahaan sudah berhasil menerbangkan prototipe mereka.
Mungkin kamu bertanya-tanya, bagaimana sih mobil terbang yang sebenarnya itu akan bekerja? Secara teknis, kendaraan terbang ini kemungkinan besar akan menjadi gabungan antara pesawat terbang dan helikopter. Pesawat terbang memerlukan landasan pacu untuk lepas landas, sedangkan helikopter bisa terbang dengan cara vertikal. Nah, untuk mobil terbang, konsep yang lebih praktis adalah menggunakan sistem lepas landas vertikal, seperti helikopter. Dengan menggunakan baling-baling yang berputar, kendaraan ini bisa terangkat dari tanah. Setelah lepas landas, kendaraan tersebut bisa terbang seperti pesawat terbang biasa. Sayap pesawat akan diputar keluar dari tubuh kendaraan, memungkinkan penerbangan dengan sedikit hambatan udara dibandingkan dengan helikopter.
Ada juga pendekatan lain yang melibatkan penggunaan baling-baling di sayap mobil terbang. Pada awalnya, sayap-sayap ini akan dimiringkan ke atas agar baling-baling dapat memberikan daya angkat untuk kendaraan. Begitu kendaraan terbang, sayap tersebut akan diluruskan seperti sayap pesawat terbang. Konsep ini disebut oleh Pat Anderson, seorang insinyur dirgantara dan mantan direktur Eagle Flight Research Center di Universitas Penerbangan Embry-Riddle, sebagai sesuatu yang mirip dengan Transformer.
Meskipun ide ini terdengar futuristik, kendaraan terbang dengan baling-baling dan propeller mungkin tidak akan tampak seperti mobil terbang yang biasa kita lihat di film fiksi ilmiah. Sebaliknya, kendaraan ini lebih mirip dengan helikopter bersayap seperti yang terlihat dalam film Avatar, atau bahkan seperti V-22 Osprey, helikopter militer yang digunakan oleh Amerika Serikat.
Namun, salah satu hambatan terbesar untuk membuat mobil terbang menjadi kendaraan yang bisa digunakan sehari-hari adalah biaya. Misalnya, perusahaan asal Amerika Serikat, Alef Aeronautics, berencana untuk memproduksi mobil pribadi yang bisa digunakan di jalan raya dan juga terbang di udara. Meskipun desain dan fungsi kendaraan ini mirip dengan mobil terbang yang kita lihat di banyak film fiksi ilmiah, harga jualnya sangat tinggi. Ketika kendaraan ini mulai diproduksi, diperkirakan harganya akan mencapai sekitar $300.000 per unit.
Tentu saja, tidak semua orang memiliki anggaran sebesar itu untuk membeli mobil terbang. Oleh karena itu, sebuah layanan rideshare untuk mobil terbang—sesuatu seperti Uber atau Lyft untuk langit—mungkin akan menjadi pilihan yang lebih realistis bagi banyak orang. Pat Anderson memprediksi bahwa Uber terbang mungkin akan menjadi hal yang umum dalam 10 hingga 20 tahun ke depan. Namun, untuk mewujudkan itu, ada beberapa langkah yang perlu diambil terlebih dahulu. Pesawat terbang harus diuji secara berulang untuk memastikan keselamatan, dan Administrasi Penerbangan Federal (FAA) juga perlu membuat peraturan yang jelas mengenai pengoperasian dan penerbangan taksi udara.
Beberapa peraturan yang baru saja dikeluarkan oleh FAA pada bulan Oktober terkait dengan kendaraan listrik yang digunakan sebagai taksi udara sudah membawa industri ini lebih dekat untuk terbang. Kendaraan listrik ini banyak diminati karena alasan keberlanjutan, namun ada tantangan besar terkait baterai yang digunakan. Pat Anderson menyebutkan bahwa meskipun orang-orang sangat menyukai baterai, terutama karena kelebihannya yang ramah lingkungan, baterai ini juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah berat baterai yang cukup besar dan juga jangkauan yang terbatas.
Penerbangan membutuhkan banyak energi, terutama saat lepas landas. Baterai lithium-ion yang digunakan saat ini hanya mampu memberi daya untuk penerbangan mobil terbang selama sekitar 20 hingga 30 menit saja. Sementara itu, jika mobil biasa kehabisan bahan bakar, kita bisa berhenti dan mengisi ulang. Namun, jika mobil terbang kehabisan daya, itu berarti kendaraan tersebut bisa jatuh dari udara. Oleh karena itu, Xiaosong Du dan banyak peneliti lainnya sedang berusaha untuk meningkatkan efisiensi baterai sebelum taksi udara benar-benar dapat terbang.
Meskipun tantangan teknis dan biaya masih menjadi penghalang utama, kemajuan yang telah dicapai dalam pengembangan mobil terbang sangat menjanjikan. Dengan adanya prototipe yang sudah terbang dan aturan yang semakin jelas dari FAA, kita semakin dekat untuk melihat kendaraan terbang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Bayangkan saja, suatu hari nanti, kita bisa terbang ke kantor menggunakan mobil terbang yang praktis dan efisien, atau bahkan menggunakan taksi udara untuk perjalanan jarak jauh dengan cepat. Mungkin saja, dalam beberapa dekade mendatang, kita akan melihat kendaraan ini menghiasi langit, mengubah cara kita berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Jadi, meskipun mobil terbang belum sepenuhnya menjadi kenyataan sekarang, perkembangan teknologi dan penelitian yang ada menunjukkan bahwa kita semakin dekat untuk melihatnya. Jangan kaget jika dalam waktu dekat, kamu bisa terbang ke tempat tujuan dengan cara yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya!