tauaja.com

Opini

Belajar Epistemologi: Perjalanan Menyelami Cara Kita Mengetahui Segalanya

Published

on

Belajar Epistemologi: Perjalanan Menyelami Cara Kita Mengetahui Segalanya

Tauaja.com – Ketika pertama kali saya mendengar kata epistemologi, reaksi saya jujur saja—”Itu apa, sih?” Rasanya seperti istilah yang hanya dipakai profesor filsafat di ruang seminar, jauh dari kehidupan sehari-hari. Tapi ketika saya mulai menggali lebih dalam, saya sadar bahwa epistemologi sebenarnya relevan banget buat siapa saja yang penasaran tentang bagaimana kita tahu apa yang kita tahu. Kedengarannya mungkin rumit, tapi percayalah, ini topik yang benar-benar membuka pikiran.

Epistemologi Itu Apa, sih?

Secara sederhana, epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas pengetahuan. Apa itu pengetahuan? Dari mana datangnya? Bagaimana kita tahu sesuatu itu benar? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin terdengar abstrak, tapi pikirkan begini: pernah nggak sih Anda mempertanyakan apakah berita yang Anda baca benar-benar faktual? Atau bagaimana Anda tahu air mendidih pada suhu 100 derajat Celsius tanpa pernah mengujinya sendiri? Nah, di sinilah epistemologi bermain.

Waktu saya mulai belajar epistemologi, hal pertama yang bikin saya tertarik adalah konsep dasar pengetahuan: apa bedanya tahu dengan percaya? Misalnya, saya percaya bahwa teman saya akan datang tepat waktu karena dia orangnya disiplin. Tapi, apakah itu berarti saya tahu dia akan datang tepat waktu? Belum tentu. Dalam epistemologi, pengetahuan harus memenuhi tiga syarat: keyakinan, kebenaran, dan pembenaran (justified true belief). Kalau salah satu hilang, itu cuma keyakinan, bukan pengetahuan.

Anekdot Pribadi: Saat Keyakinan Saya Gagal

Ada satu pengalaman lucu (tapi sedikit memalukan) yang bikin saya sadar betapa pentingnya epistemologi. Suatu hari, saya yakin banget kalau acara pertemuan kerja saya dimulai jam 10 pagi. Saya bahkan sudah mengonfirmasi di kalender ponsel. Jadi, dengan santai, saya datang beberapa menit sebelum jam 10. Ternyata… acara itu sudah mulai jam 9, dan saya kelewatan sesi pembuka!

Kenapa saya bisa salah? Karena keyakinan saya, meski kuat, nggak didukung informasi yang benar. Saya hanya membaca email sekilas tanpa mengecek detailnya lagi. Dari situ, saya belajar kalau pengetahuan butuh dasar yang lebih kuat daripada sekadar keyakinan atau asumsi.

Cara Belajar Epistemologi dengan Santai

Kalau Anda baru mulai belajar epistemologi, jangan langsung terjun ke buku filsafat berat. Saya mencoba, dan jujur, sempat pusing setengah mati membaca tulisan Plato atau Descartes tanpa konteks yang jelas. Jadi, mulailah dari hal-hal yang membumi:

  1. Tonton Video atau Podcast
    Ada banyak kanal di YouTube yang menjelaskan epistemologi dengan cara yang santai. Salah satu favorit saya adalah CrashCourse Philosophy—bahasanya ringan, tapi isinya tetap padat.
  2. Pahami Lewat Kasus Nyata
    Misalnya, pikirkan tentang berita hoaks. Bagaimana kita tahu suatu berita itu benar? Apa yang membuat kita percaya pada satu sumber berita dibandingkan yang lain? Pertanyaan seperti ini bisa membantu Anda memahami konsep epistemologi dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Diskusi dengan Teman
    Saya pernah menghabiskan sore bersama teman hanya untuk mendiskusikan, “Apa yang membuat kita tahu sesuatu itu fakta?” Percakapan seperti ini membantu membuka perspektif baru, apalagi kalau Anda berbicara dengan orang yang suka berpikir kritis.

Konsep Penting yang Saya Pelajari

Beberapa konsep dalam epistemologi benar-benar membuat saya merenung lebih dalam:

  • Skeptisisme: Ini adalah ide bahwa kita harus meragukan semua hal sampai ada bukti kuat yang mendukungnya. Kedengarannya melelahkan, ya? Tapi skeptisisme membantu kita untuk nggak mudah percaya begitu saja pada informasi, apalagi di era banjir data seperti sekarang.
  • Empirisme vs Rasionalisme: Apakah kita tahu sesuatu lewat pengalaman langsung (empirisme) atau lewat akal dan logika (rasionalisme)? Ini debat panjang yang bikin saya sadar bahwa cara orang memahami dunia bisa sangat berbeda.
  • Gettier Problem: Ini konsep lanjutan yang membahas celah dalam definisi pengetahuan. Bahkan kalau sesuatu itu benar, dibenarkan, dan kita percaya, masih ada kemungkinan itu bukan pengetahuan sejati.

Kenapa Epistemologi Penting?

Mungkin Anda berpikir, “Oke, ini menarik, tapi apa gunanya buat hidup saya?” Jawabannya: lebih dari yang Anda kira! Dalam dunia yang penuh informasi (dan misinformasi), epistemologi adalah alat yang membantu kita memilah mana yang benar dan mana yang tidak.

Misalnya, waktu pandemi, saya sering mendengar klaim kesehatan yang terdengar masuk akal, tapi nggak punya bukti ilmiah. Berkat pemahaman dasar epistemologi, saya jadi lebih kritis: “Apa bukti di balik klaim ini? Siapa yang mengatakannya? Apakah sumbernya bisa dipercaya?”

Selain itu, belajar epistemologi juga mengajarkan kita untuk rendah hati. Tidak semua hal bisa kita ketahui dengan pasti, dan itu nggak masalah. Sebaliknya, kesadaran bahwa kita mungkin salah justru membuat kita lebih terbuka untuk belajar.

Belajar epistemologi itu seperti perjalanan yang nggak ada habisnya. Semakin dalam Anda menggali, semakin banyak pertanyaan baru yang muncul. Tapi di situlah serunya! Epistemologi mengajarkan kita untuk terus berpikir kritis dan tidak mudah puas dengan jawaban sederhana.

Jadi, kalau Anda suka bertanya “Kenapa begini?” atau “Apa yang bikin itu benar?”, selamat datang di dunia epistemologi. Jangan takut tersesat—karena kadang-kadang, justru di situlah kita menemukan pemahaman yang paling bermakna.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *