Opini
APT. oleh Rosé & Bruno Mars: Apakah Melodi Ini Merayakan Kebebasan atau Menggoyahkan Moral?

Tauaja.com – Rosé BLACKPINK dan Bruno Mars sukses mengguncang panggung musik global dengan kolaborasi terbaru mereka, “APT.” Sebagai lagu yang menjadi perbincangan hangat, karya ini memadukan suara khas Rosé dengan pesona Bruno Mars, menciptakan harmoni yang sulit ditolak. Namun, di balik alunan musik yang mengasyikkan, banyak perdebatan muncul terkait tema lagu ini, yang dianggap terlalu dekat dengan gaya hidup hedonistik, terutama jika dikaitkan dengan audiens muda yang menjadi mayoritas penggemar mereka.
Lagu ini terinspirasi dari istilah Korea “apateu,” yang berarti apartemen, dan permainan minum populer yang biasa dimainkan dalam lingkungan tersebut. Rosé mengaku bahwa ide untuk lagu ini muncul secara spontan ketika dia memperkenalkan permainan itu kepada timnya di studio. Dalam permainan tersebut, peserta menyebut angka sambil menempatkan tangan mereka di atas satu sama lain. Yang terakhir menempatkan tangannya harus mengambil minuman sebagai hukuman. Permainan ini menjadi titik awal eksplorasi Rosé dan Bruno Mars untuk menciptakan lirik yang menggambarkan pesta penuh energi.
Liriknya sendiri memuat gambaran pesta di apartemen yang dengan cepat berubah menjadi klub mini, lengkap dengan aktivitas seperti minum, menari, dan bersenang-senang sepanjang malam. Dalam bait-baitnya, Bruno menyanyikan, “Turn this apateu into a club,” sementara Rosé melengkapi dengan lirik-lirik menggoda seperti “Kissy face, kissy face.” Sebagai hiburan, lagu ini terasa segar dan energik, tetapi bagi sebagian pihak, terutama kalangan konservatif, pesan ini dinilai meromantisasi budaya pesta dan pergaulan bebas, yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai tradisional.
Kritik terhadap lagu ini bukan hanya soal lirik. Gaya hidup yang direpresentasikan dalam “APT.” dianggap potensial membentuk persepsi yang keliru pada pendengar muda. Dalam konteks global, BLACKPINK dan Bruno Mars adalah simbol budaya pop yang memiliki pengaruh besar pada generasi muda. Dalam dunia yang terus bertransformasi menjadi lebih terbuka, musik seperti ini bisa menjadi pisau bermata dua: di satu sisi, ia merayakan kebebasan berekspresi, namun di sisi lain, ia juga bisa menormalisasi gaya hidup yang dianggap tidak sehat.
Rosé sendiri sempat merasa ragu ketika menulis lagu ini. Dalam sebuah wawancara, dia mengungkapkan kekhawatirannya, bertanya-tanya apakah menulis lagu tentang permainan minum terlalu tidak serius. Namun, ketika melihat respons publik yang antusias, dia melanjutkan proses produksi hingga akhirnya melibatkan Bruno Mars sebagai rekan duet. Reaksi positif ini menunjukkan bahwa karya seni dapat diterima secara luas meskipun membawa tema yang kontroversial.
Meskipun demikian, lagu ini juga menjadi bukti bahwa seni selalu memiliki ruang untuk debat. Beberapa pendengar menganggapnya sebagai bentuk hiburan yang tak perlu ditanggapi terlalu serius. Mereka melihat “APT.” sebagai cerminan spontanitas dan kebebasan kreatif. Di sisi lain, ada pula yang melihatnya sebagai simbol pengaruh negatif budaya pop terhadap moral generasi muda.
Dalam diskusi yang lebih luas, lagu seperti “APT.” dapat menjadi kesempatan untuk mendidik audiens tentang pentingnya literasi media. Dengan bimbingan yang baik dari orang tua dan pendidik, generasi muda dapat belajar memahami karya seni secara kritis, menikmati hiburan tanpa harus meniru perilaku yang digambarkan. Dalam hal ini, tanggung jawab sosial tidak hanya berada di pundak seniman, tetapi juga pada lingkungan sekitar yang mendampingi pendengar muda.
Pada akhirnya, “APT.” adalah karya seni yang kompleks. Ia memadukan elemen budaya Korea dengan musik pop global, menciptakan pengalaman unik bagi pendengarnya. Apakah lagu ini akan dikenang sebagai simbol kebebasan ekspresi atau malah kontroversi moral, semua itu bergantung pada cara kita memilih untuk memaknainya. Satu hal yang pasti, Rosé dan Bruno Mars telah berhasil menciptakan salah satu lagu paling dibicarakan tahun ini.