Opini
Apakah Santet Itu Nyata? Menyelami Dunia Ilmu Hitam dan Psikologi Manusia

Tauaja.com – Santet. Satu kata yang bisa memicu berbagai reaksi, mulai dari rasa takut hingga rasa penasaran. Bagi sebagian orang, santet atau ilmu hitam merupakan hal yang nyata dan bisa mengubah hidup dalam sekejap. Sementara bagi yang lain, itu hanya mitos atau kepercayaan yang dibesar-besarkan. Tapi, apakah benar santet itu nyata? Atau, apakah kita hanya perlu melihatnya sebagai bagian dari budaya dan tradisi yang mengakar dalam masyarakat? Mari kita bahas.
Santet dalam Kepercayaan Masyarakat
Ketika pertama kali mendengar kata “santet,” kita mungkin membayangkan seseorang yang terkena musibah atau sakit tanpa alasan yang jelas. Dari kejadian-kejadian aneh seperti penyakit yang datang tiba-tiba hingga kecelakaan yang tampak tidak wajar, banyak yang langsung menghubungkan hal tersebut dengan santet. Kepercayaan ini sangat kuat di banyak budaya, terutama di Indonesia, di mana banyak orang masih percaya bahwa santet bisa digunakan untuk tujuan jahat.
Namun, saya pernah berbicara dengan seorang teman yang orang tuanya bekerja sebagai dukun tradisional. Dia menceritakan bagaimana ada orang yang datang untuk meminta “obat” atau ritual tertentu karena merasa dirinya sedang diserang oleh ilmu hitam. Bagi teman saya, hal tersebut bukanlah hal yang aneh, karena itu sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak orang di daerahnya. Ini menjadi pembuka mata saya bahwa banyak orang sangat percaya pada kekuatan yang tidak kasat mata ini. Bagi mereka, santet bukan hanya cerita atau mitos belaka—itu adalah kenyataan yang mereka hadapi dalam kehidupan.
Menyadari Perspektif yang Berbeda
Tapi, sebagai seseorang yang lebih skeptis, saya sering bertanya-tanya, “Apakah benar ada kekuatan yang bisa merusak tubuh atau kehidupan seseorang hanya dengan menggunakan ilmu hitam?” Menurut saya, banyak kejadian yang sering dikaitkan dengan santet bisa dijelaskan dengan cara lain—misalnya melalui penyakit fisik atau psikologis yang tidak terdiagnosis dengan benar, atau mungkin efek dari stres dan tekanan hidup yang berlebihan.
Namun, meskipun skeptis, saya tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa ada banyak orang yang merasa benar-benar menjadi korban santet. Bahkan, ada laporan dari berbagai tempat yang menyebutkan adanya praktik santet yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki niat jahat. Kejadian-kejadian yang sulit dijelaskan memang sering kali menyisakan ruang untuk keyakinan bahwa mungkin ada kekuatan yang lebih besar di luar sana. Tetapi apakah itu berarti santet itu benar-benar ada? Atau apakah kita hanya terjebak dalam budaya yang mempercayai kekuatan gaib?
Fisika dan Psikologi dalam Santet
Mungkin jawaban atas pertanyaan ini bisa ditemukan dalam perspektif yang lebih ilmiah. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, kita mengetahui bahwa tubuh manusia sangat dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan. Penyakit yang datang tanpa penjelasan medis bisa jadi merupakan akibat dari gangguan mental seperti stres, kecemasan, atau bahkan sugesti diri. Ini adalah fenomena yang dikenal dengan istilah “penyakit psikosomatik,” di mana pikiran seseorang bisa mempengaruhi kesehatan fisiknya.
Dalam hal ini, bisa jadi banyak orang yang merasa “diserang” santet sebenarnya sedang mengalami gangguan psikologis atau fisik yang tidak terdeteksi. Saya pernah membaca sebuah artikel tentang seorang wanita yang merasa dirinya diserang santet, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan medis, ternyata dia mengalami kelainan pada sistem pencernaannya yang menyebabkan gejala-gejala yang mirip dengan efek yang biasanya dikaitkan dengan santet. Ini menunjukkan bahwa ada kalanya gejala fisik yang kita rasakan bisa saja disebabkan oleh faktor yang lebih mendalam daripada sekadar serangan gaib.
Membedakan Mitos dan Fakta: Santet dalam Budaya
Namun, ada satu hal yang tidak bisa dipungkiri: santet memang menjadi bagian dari budaya dan tradisi yang sangat mendalam, terutama di negara-negara seperti Indonesia. Tradisi ini bukan hanya tentang kekuatan gaib, tetapi juga tentang cara masyarakat menjelaskan dan mengatasi hal-hal yang mereka anggap tidak dapat dijelaskan dengan logika biasa. Santet sering menjadi metafora untuk segala sesuatu yang tampak tidak adil atau tidak dapat dipahami dalam kehidupan. Dalam budaya ini, ketika seseorang merasa dirugikan atau mengalami kesulitan yang luar biasa, maka santet menjadi cara untuk menjelaskan hal tersebut.
Saya sendiri pernah mengalami situasi di mana teman saya merasa dirinya seperti diserang oleh seseorang yang tidak menyukai dirinya. Ia merasakan hal-hal aneh, seperti badan lemas, sakit kepala yang tak kunjung sembuh, dan bahkan mimpi buruk yang terus-menerus. Dalam kondisi itu, dia sangat percaya bahwa semua gejala yang dialaminya adalah akibat dari santet. Walaupun saya merasa ragu, saya mengerti bahwa bagi teman saya, ini adalah penjelasan yang masuk akal dalam konteks budaya tempat dia tumbuh besar.
Santet dan Agama: Pandangan Berbeda
Berbicara tentang santet, kita tidak bisa lepas dari pengaruh agama. Dalam banyak agama, termasuk Islam dan Kristen, praktek ilmu hitam seperti santet dianggap sebagai hal yang dilarang dan bertentangan dengan ajaran agama. Banyak orang yang beragama menganggap bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan santet adalah hasil dari godaan iblis atau kekuatan jahat yang harus dijauhi. Mereka meyakini bahwa dengan iman yang kuat, mereka akan terlindungi dari segala macam bentuk kejahatan gaib, termasuk santet.
Namun, saya juga tahu ada orang yang merasa dirinya telah mengikuti semua aturan agama, tetapi tetap merasa dianiaya oleh kekuatan tak terlihat. Ini menjadi dilema yang tidak mudah dijelaskan. Dari sudut pandang agama, mungkin mereka percaya bahwa kekuatan Tuhan lebih besar daripada santet, tetapi tetap saja ketakutan terhadap ilmu hitam ini tetap ada dalam pikiran mereka.
Apakah Santet Itu Nyata?
Jadi, apakah santet itu nyata? Saya rasa, jawabannya bisa sangat subjektif. Bagi sebagian orang, santet adalah kenyataan yang tidak bisa disangkal, sementara bagi yang lain, itu hanyalah produk dari ketakutan dan mitos yang berkembang dalam masyarakat. Santet bisa jadi merupakan cara masyarakat menjelaskan hal-hal yang tidak bisa mereka pahami dengan cara lain. Namun, apakah itu berarti kita harus takut dan meyakini bahwa santet benar-benar ada? Saya rasa tidak. Kita perlu lebih berhati-hati dalam memisahkan antara kepercayaan dan kenyataan.
Dalam hidup ini, kita mungkin akan terus mendengar cerita tentang santet, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita meresponnya. Kita bisa memilih untuk percaya atau tidak, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita menjaga kesehatan fisik dan mental kita serta menjauhkan diri dari hal-hal yang merugikan diri sendiri atau orang lain. Terlepas dari apakah santet itu nyata atau tidak, kita tetap harus hidup dengan penuh rasa tanggung jawab dan keyakinan bahwa kebaikan selalu menang pada akhirnya.