tauaja.com

Olahraga

Erik Ten Hag Dipecat dari Manchester United: Apa yang Salah dengan Era Kepemimpinannya?

Published

on

Erik Ten Hag Dipecat dari Manchester United: Apa yang Salah dengan Era Kepemimpinannya?

Tauaja.com – Pada musim 2024/2025Erik ten Hag dipecat dari jabatannya sebagai manajer Manchester United setelah sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan, ekspektasi tinggi, dan akhirnya kegagalan untuk memenuhi standar yang diinginkan oleh manajemen klub. Pemecatan ini mengejutkan banyak pihak, terutama mengingat perubahan yang dia coba terapkan dan keyakinan yang diberikan kepadanya setelah musim pertamanya yang penuh gejolak. Namun, keputusan untuk mengakhiri hubungan ini menunjukkan bahwa Manchester United membutuhkan perubahan lebih jauh untuk mencapai tujuan mereka kembali ke puncak sepak bola Inggris dan Eropa.

1. Masalah Konsistensi dan Performa yang Tidak Memadai

Salah satu alasan utama yang mendorong pemecatan Ten Hag adalah konsistensi yang buruk dalam performa tim. Meski berhasil membawa beberapa kemenangan besar, seperti melawan Liverpool dan Chelsea, United sering kali terjatuh dalam pertandingan yang lebih “mudah” atau melawan tim-tim yang lebih rendah di klasemen. Hasil imbang dan kekalahan melawan tim-tim papan tengah atau tim yang lebih lemah sering kali menjadi masalah besar.

Manchester United tampaknya tidak mampu mempertahankan momentum positif mereka dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya, dan hasil yang tidak konsisten ini menjadi pembicaraan hangat di kalangan penggemar dan media. Meskipun ada beberapa faktor eksternal seperti cedera pemain kunci, seperti Casemiro dan Marcus Rashford, masalah utama tetap ada di taktik dan strategi permainan yang kerap terlihat rapuh dan kurang matang, terutama di laga-laga krusial.

2. Masalah Pengelolaan Pemain dan Pemilihan Skuad

Ten Hag dikenal sebagai pelatih yang berpegang teguh pada filsafat taktik dan seleksi pemain yang ketat, namun keputusan-keputusan tertentu terkait dengan pemilihan pemain kerap memicu pertanyaan. Salah satu masalah terbesar adalah penurunan performa beberapa pemain kunci seperti Jadon Sancho dan Anthony Martial, yang tidak berhasil memenuhi ekspektasi meski diberikan kesempatan bermain secara reguler.

Selain itu, penurunan kinerja beberapa pemain senior seperti Harry Maguire dan Aaron Wan-Bissaka memperburuk kepercayaan manajer kepada mereka, sementara keputusannya untuk mengabaikan pemain-pemain tertentu (seperti Donny van de Beek dan Facundo Pellistri) juga menimbulkan ketidakpuasan di ruang ganti. Ketidakjelasan dalam pemilihan pemain dan rotasi skuad yang tidak efektif semakin memperburuk moral tim, dan itu memengaruhi kepercayaan di kalangan pemain.

3. Tantangan di Kompetisi Domestik dan Eropa

Manchester United memasuki musim ini dengan harapan bisa bersaing di Premier League dan Liga Champions, namun keduanya tampaknya terlalu ambisius dalam konteks kekuatan tim yang ada. Meskipun Ten Hag mencoba memperbaiki permainan menyerang dan meningkatkan kontrol bola di lapangan, tim sering kali gagal di pertandingan besar, terutama di Premier League, di mana mereka tidak mampu mengimbangi kecepatan dan kekuatan tim seperti Manchester City dan Arsenal.

Di Liga Champions, meski ada optimisme awal, hasil-hasil buruk di babak penyisihan grup dan ketidakkonsistenan dalam performa melawan lawan-lawan besar membuat harapan untuk melaju jauh menjadi sangat tipis. United hanya berhasil mencapai fase gugur tetapi disingkirkan dengan mudah oleh tim-tim yang lebih kuat, menunjukkan bahwa kualitas dan taktik Ten Hag belum cukup untuk bersaing di level tertinggi Eropa.

4. Ketidakpastian di Luar Lapangan dan Keputusan Pemilik Klub

Pemecatan Ten Hag juga tak lepas dari ketidakpastian luar lapangan yang mengganggu stabilitas klub, terutama terkait dengan proses akuisisi klub yang belum selesai. Kepemilikan Manchester United yang terus berubah dan kurangnya visi jangka panjang di level manajerial memengaruhi keputusan-keputusan strategis yang penting, baik di sisi keuangan maupun dalam pengelolaan tim.

Ketegangan internal terkait dengan keputusan-keputusan besar, termasuk transfer pemain dan kebijakan klub dalam mengelola gaji pemain, turut memberi tekanan pada Ten Hag. Manajemen klub, yang mungkin merasa bahwa masa depan mereka bergantung pada stabilitas yang lebih baik, akhirnya merasa bahwa pemecatan Ten Hag adalah langkah yang diperlukan untuk membawa tim ke arah yang lebih baik dan memastikan bahwa klub dapat bersaing lebih optimal dengan klub-klub top lainnya.

5. Sumber Ketidakpuasan di Kalangan Penggemar dan Pemain

Selama masa jabatannya, meskipun Ten Hag banyak mendapatkan pujian atas pendekatan taktiknya yang lebih terstruktur, banyak penggemar United merasa frustrasi dengan kurangnya fluiditas serangan dan penampilan yang tidak menggembirakan di lapangan. Tidak jarang mereka merasa bahwa tim United tidak bermain dengan identitas yang cukup jelas, terlepas dari penekanan pada penguasaan bola dan pressing tinggi yang ingin diterapkan Ten Hag.

Sementara itu, beberapa pemain, terutama yang kurang mendapat kesempatan bermain, mulai terbuka dengan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan rotasi Ten Hag. Ketidakpuasan ini berujung pada ketegangan di ruang ganti, dan dalam beberapa kasus, seperti yang terlihat pada sancho dan Rashford, konflik ini lebih terbuka.

6. Pengganti Ten Hag: Siapa yang Bisa Memimpin United ke Puncak?

Dengan pemecatan Ten Hag, Manchester United harus kembali mencari sosok yang bisa mengembalikan kejayaan mereka. Nama-nama yang muncul sebagai kandidat pengganti termasuk Brendan Rodgers, yang sukses membawa Leicester City bersaing di Premier League, atau Luis Enrique, mantan pelatih Barcelona yang dikenal dengan filosofi permainan menyerang. Selain itu, Julian Nagelsmann, mantan pelatih Bayern Munich, juga menjadi nama yang sering disebut-sebut.

Namun, dengan adanya ketidakpastian kepemilikan klub, siapa pun yang dipilih untuk mengisi posisi manajer selanjutnya akan menghadapi tantangan besar dalam menata ulang tim, memperbaiki kebijakan transfer, serta membangun kembali kepercayaan baik di kalangan pemain maupun penggemar.

7. Kesimpulan: Era Ten Hag yang Berakhir dengan Kekecewaan

Pemecatan Erik ten Hag dari Manchester United menandai akhir dari sebuah eksperimen besar yang berusaha mengembalikan klub ke era kejayaannya. Meskipun ia berhasil membawa beberapa perubahan positif, terutama dalam hal struktur permainan dan organisasi tim, kegagalannya untuk mencapai konsistensi, mengelola pemain, dan memberikan hasil yang memadai di kompetisi domestik dan Eropa menjadi faktor utama yang menyebabkan keputusannya.

Kini, dengan masa depan yang penuh ketidakpastian, Manchester United berharap untuk segera menemukan manajer baru yang bisa membawa mereka kembali ke jalur juara dan mengembalikan harapan besar yang telah lama mereka perjuangkan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *