tauaja.com

Kesehatan

Penyakit Pernafasan HMPV: Waspada Meski Belum Ada Kasus di Indonesia

Published

on

Penyakit Pernafasan HMPV: Waspada Meski Belum Ada Kasus di Indonesia

Belakangan ini, masyarakat China tengah menghadapi lonjakan kasus Human Metapneumovirus (HMPV), virus yang menyerang saluran pernapasan. Kasus ini banyak ditemukan di kalangan anak-anak di bawah usia 14 tahun, yang menyebabkan rumah sakit di negara tersebut penuh dengan pasien yang mengalami gejala penyakit pernapasan. Berdasarkan laporan dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China, gejala HMPV yang muncul antara lain batuk, demam, hidung tersumbat, hingga sesak napas atau mengi. Kejadian ini tercatat cukup signifikan selama periode 16-22 Desember tahun lalu. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Meskipun sampai saat ini kasus HMPV belum ditemukan di Indonesia, para ahli kesehatan mengimbau untuk tetap waspada karena penyakit ini bisa menyebar dengan cepat, terutama di tengah dunia yang saling terhubung.

Mengenal HMPV: Gejala dan Penyebarannya

Human Metapneumovirus (HMPV) adalah jenis virus pernapasan yang cukup umum. Virus ini berasal dari keluarga Pneumoviridae, yang juga termasuk dalam kelompok Respiratory Syncytial Virus (RSV). Meskipun mirip dengan RSV, HMPV cenderung menyebabkan infeksi yang lebih ringan, meskipun dalam beberapa kasus bisa berkembang menjadi lebih serius dan memerlukan perawatan rumah sakit. HMPV biasanya menyebabkan penyakit pernapasan pada anak-anak, orang dewasa yang lebih tua, serta mereka yang memiliki sistem imun yang lemah.

Gejala infeksi HMPV pada umumnya mirip dengan gejala COVID-19. Keduanya dapat menyebabkan batuk, demam, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, hingga sesak napas. Meskipun demikian, ada beberapa perbedaan antara keduanya. Salah satunya adalah jangka waktu penyebaran. HMPV lebih sering ditemukan pada musim dingin dan semi, sementara COVID-19 dapat beredar hampir sepanjang tahun karena adanya mutasi dan varian baru. Meskipun gejalanya serupa, keberadaan HMPV di Indonesia hingga saat ini masih belum terdeteksi. Namun, ini bukan alasan untuk merasa aman, karena penyakit menular seperti HMPV bisa menyebar dengan cepat. Apalagi, mengingat perjalanan internasional yang semakin mudah, virus ini bisa masuk ke Indonesia kapan saja.

Perbedaan HMPV dan COVID-19

Meski gejala HMPV dan COVID-19 tampak sangat mirip, ada beberapa perbedaan mendasar yang perlu diketahui. Salah satu perbedaan utama adalah dalam hal pengobatan dan pencegahan. Hingga saat ini, HMPV belum memiliki pengobatan antivirus khusus atau vaksin yang dapat mencegah infeksi. Sementara itu, COVID-19 telah memiliki berbagai jenis vaksin dan terapi antivirus yang terbukti efektif dalam mengurangi tingkat keparahan infeksi dan mencegah komplikasi serius.

Selain itu, meskipun keduanya menyebabkan penyakit pernapasan, COVID-19 bisa menyebar lebih cepat dan menyebabkan komplikasi lebih berat pada beberapa orang, bahkan memerlukan perawatan intensif. Berbeda dengan HMPV yang cenderung memiliki masa inkubasi sekitar 3-6 hari dan gejalanya bisa bertahan antara 2-7 hari, COVID-19 dapat memiliki rentang waktu yang lebih bervariasi. Bahkan pada beberapa individu, gejala dapat berlangsung lebih lama, sementara pada beberapa orang lain bisa menjadi lebih parah, dengan masalah pernapasan yang lebih serius.

Namun, meski kedua penyakit ini memiliki gejala yang sangat mirip, perlu dicatat bahwa HMPV cenderung lebih musiman, dengan lonjakan kasus yang sering terjadi pada musim dingin dan semi. Berbeda dengan COVID-19, yang dapat menyebar sepanjang tahun akibat mutasi virus yang terus berkembang.

Penyebaran HMPV dan Pengaruh Pandemi COVID-19

Penyebaran HMPV juga turut dipengaruhi oleh situasi pandemi COVID-19 yang telah berlangsung beberapa tahun terakhir. Berdasarkan beberapa penelitian, insiden HMPV dilaporkan meningkat hingga tiga kali lipat di sejumlah negara setelah pandemi COVID-19. Hal ini terjadi karena selama masa pembatasan sosial dan tindakan pencegahan COVID-19, tingkat paparan masyarakat terhadap berbagai jenis penyakit pernapasan menjadi lebih rendah. Ketika pembatasan itu mulai dilonggarkan, orang-orang mulai terpapar kembali pada virus-virus pernapasan lain, termasuk HMPV, yang menyebabkan peningkatan kasus dalam waktu yang relatif singkat.

Kondisi tersebut menjadikan banyak orang yang sebelumnya tidak terbiasa dengan paparan virus pernapasan tertentu menjadi lebih rentan terkena infeksi HMPV. Ditambah lagi, kebiasaan seperti menggunakan masker dan menjaga jarak yang sempat diterapkan selama pandemi COVID-19 mulai berkurang, sehingga potensi penyebaran berbagai virus, termasuk HMPV, menjadi lebih besar.

Apa yang Harus Dilakukan untuk Mencegah HMPV?

Karena belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV, langkah pencegahan menjadi sangat penting. Sama seperti penyakit pernapasan lainnya, HMPV dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah infeksi HMPV:

  1. Cuci tangan secara rutin dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik. Jika tidak ada sabun dan air, gunakan hand sanitizer yang mengandung setidaknya 60% alkohol.
  2. Hindari kontak dekat dengan orang yang sedang sakit, terutama yang mengalami gejala batuk, demam, atau sesak napas. Jaga jarak fisik, terutama jika ada orang yang menunjukkan tanda-tanda infeksi pernapasan.
  3. Tutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku saat batuk atau bersin, lalu segera buang tisu tersebut dan cuci tangan.
  4. Lakukan vaksinasi COVID-19. Meskipun tidak ada vaksin untuk HMPV, vaksinasi COVID-19 bisa membantu mengurangi risiko penularan dan memperkuat sistem imun tubuh.
  5. Menjaga kebersihan lingkungan, seperti sering membersihkan permukaan yang sering disentuh, termasuk pegangan pintu, meja, dan alat elektronik.
  6. Pakai masker di tempat umum jika kondisi memungkinkan, terutama jika sedang berada di area yang ramai atau di tempat-tempat dengan ventilasi yang kurang baik.

Gejala dan Perawatan HMPV

Sebagian besar kasus HMPV cenderung ringan dan bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu sekitar 2 hingga 7 hari. Namun, pada beberapa individu, terutama mereka yang memiliki sistem imun yang lemah, penyakit ini bisa berkembang menjadi lebih serius. Batuk yang disebabkan oleh HMPV mungkin bertahan sedikit lebih lama, tetapi secara umum, jika tidak ada kondisi serius, gejala ini akan mereda dalam beberapa hari. Jika seseorang merasa gejalanya memburuk atau jika ada tanda-tanda kesulitan bernapas atau nyeri dada, segera cari pertolongan medis.

Karena HMPV sering menyerang anak-anak dan lansia, kelompok ini lebih rentan mengalami komplikasi serius, seperti pneumonia atau bronkitis. Oleh karena itu, pemantauan ketat sangat penting bagi mereka yang berada dalam kelompok rentan ini.

Meskipun hingga saat ini HMPV belum terdeteksi di Indonesia, tidak ada salahnya untuk tetap waspada dan menjaga protokol kesehatan yang baik. Penyakit menular seperti HMPV bisa menyebar dengan cepat, terutama di tengah dunia yang semakin terhubung. Mengingat pengalaman dengan COVID-19 yang menunjukkan betapa cepatnya virus dapat melintasi negara, kita tidak bisa santai begitu saja. Pencegahan dengan cara menjaga kebersihan, menghindari kerumunan, dan meningkatkan kesadaran tentang kesehatan pernapasan akan sangat membantu mencegah penyebaran penyakit ini, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia.

 

Sumber : Detik Health

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *