tauaja.com

Blog

Pertemuan antara Wakil Presiden Terpilih AS JD Vance dan Wakil Presiden China Han Zheng Menjelang Pelantikan Donald Trump

Published

on

Pertemuan antara Wakil Presiden Terpilih AS JD Vance dan Wakil Presiden China Han Zheng Menjelang Pelantikan Donald Trump

Hanya sehari sebelum pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat untuk kedua kalinya, JD Vance, Wakil Presiden terpilih Amerika Serikat, mengadakan pertemuan dengan Wakil Presiden China, Han Zheng, di Washington, D.C, Pada Minggu, 19 Januari 2025. Dalam pertemuan tersebut, kedua tokoh tersebut membahas beberapa isu penting yang menjadi fokus utama hubungan Amerika Serikat (AS) dan China. Isu-isu yang dibahas mencakup masalah fentanil, penyeimbangan perdagangan, serta stabilitas kawasan.

Perjalanan diplomatik ini merupakan kelanjutan dari percakapan telepon sebelumnya antara Trump dan Xi Jinping, yang baru pertama kali terjadi setelah pemilu presiden 2024. Dalam percakapan tersebut, kedua pemimpin negara tersebut membahas sejumlah topik sensitif, seperti kebijakan perdagangan, masalah Taiwan, serta keberlanjutan aplikasi TikTok di pasar Amerika. Pembicaraan tersebut mengindikasikan adanya upaya untuk memperbaiki hubungan antara kedua negara besar tersebut, meskipun masih ada perbedaan yang harus dikelola dengan hati-hati.

Dalam rangka merespons undangan Trump kepada Xi Jinping untuk hadir dalam upacara pelantikan yang akan diadakan pada Senin, 20 Januari 2025, pemerintah China memilih untuk mengirimkan Han Zheng, yang merupakan orang kedua dalam jajaran kepemimpinan negara itu. Hal ini menunjukkan keseriusan China dalam menjaga hubungan dengan AS, meskipun di bawah pemerintahan Trump yang baru saja terpilih kembali. Mengingat hubungan kedua negara yang sering dipenuhi dengan ketegangan, kunjungan ini menunjukkan niat untuk tetap menjaga jalur komunikasi terbuka, meskipun perbedaan masih tetap ada.

Wakil Presiden JD Vance sendiri, meskipun belum resmi menjabat, telah memulai serangkaian pertemuan diplomatik penting untuk mempersiapkan pemerintahan Trump yang akan datang. Setelah terpilih sebagai Wakil Presiden bersama Donald Trump, Vance yang dikenal sebagai seorang pengusaha dan penulis ini tampaknya berusaha untuk memperkenalkan pendekatan yang lebih pragmatis terhadap hubungan luar negeri, termasuk dengan China. Salah satu isu utama yang dibahas dalam pertemuan ini adalah masalah fentanil, obat terlarang yang banyak ditemukan asalnya di China, dan menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian akibat overdosis di Amerika Serikat. Isu ini menjadi salah satu masalah yang sangat diperhatikan oleh pemerintah AS, mengingat dampaknya yang sangat besar terhadap masyarakat.

Dalam pertemuan tersebut, Han Zheng menegaskan komitmen China untuk terus mengembangkan hubungan dengan AS berdasarkan prinsip saling menghormati, serta kerja sama yang saling menguntungkan. Kementerian Luar Negeri China juga menyatakan bahwa mereka siap untuk memperkuat dialog dan komunikasi dengan pemerintahan baru AS yang dipimpin oleh Trump dan Vance, guna mengelola perbedaan dengan lebih baik. China juga mengungkapkan keinginannya untuk memperluas kerja sama ekonomi dan perdagangan, serta menciptakan suasana yang stabil, sehat, dan berkelanjutan bagi kedua negara. Hal ini menegaskan pentingnya stabilitas hubungan AS-China, baik di bidang ekonomi, politik, maupun keamanan kawasan.

Sebagai informasi, Trump berencana untuk melakukan kunjungan kerja ke China setelah ia resmi dilantik menjadi Presiden pada 20 Januari 2025. Jika kunjungan ini terlaksana, maka ini akan menjadi kunjungan kedua Trump ke China dalam kapasitasnya sebagai Presiden AS. Sebelumnya, pada tahun 2017, Trump pernah melakukan kunjungan kenegaraan ke China dan menemui Presiden Xi Jinping. Kunjungan kedua ini kemungkinan akan semakin memperkuat hubungan kedua negara, meskipun ada sejumlah tantangan yang perlu diselesaikan, seperti masalah perdagangan, hak asasi manusia, dan ketegangan di sekitar Taiwan.

Dalam konteks ini, perdagangan menjadi isu yang sangat penting dalam hubungan antara AS dan China. Kedua negara tersebut terlibat dalam perang dagang yang mempengaruhi berbagai sektor industri di seluruh dunia. Meskipun beberapa kesepakatan telah dicapai dalam beberapa tahun terakhir, masalah ketidakseimbangan perdagangan yang masih berlangsung antara kedua negara tetap menjadi titik perdebatan. China terus berusaha meningkatkan ekspor produknya ke pasar AS, sementara AS menginginkan agar China membuka lebih banyak akses bagi perusahaan-perusahaan Amerika di pasar China.

Salah satu isu yang juga mencuat dalam diskusi antara Trump dan Xi Jinping adalah Taiwan, yang selalu menjadi titik sensitif dalam hubungan China-AS. China melihat Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, sementara Amerika Serikat mendukung Taiwan dalam hal pertahanan dan kemerdekaan politik. Hubungan antara China dan Taiwan menjadi lebih rumit dengan adanya pengaruh internasional, termasuk dukungan yang diberikan oleh AS kepada Taiwan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun AS tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, namun negara ini terus memberikan dukungan dalam bentuk penjualan senjata dan kerja sama militer, yang sering memicu ketegangan dengan China.

Mengenai kebijakan TikTok, pembicaraan antara Trump dan Xi juga menyinggung aplikasi video populer yang berbasis di China tersebut. TikTok telah menjadi sorotan di AS karena masalah privasi data dan potensi ancaman terhadap keamanan nasional. Pemerintah AS sebelumnya telah berusaha untuk melarang TikTok di negara tersebut dengan alasan bahwa data pengguna yang dikumpulkan oleh aplikasi itu bisa jatuh ke tangan pemerintah China. Meskipun ada upaya dari TikTok untuk menanggapi kekhawatiran ini, situasi ini masih belum mencapai penyelesaian yang memuaskan bagi kedua belah pihak.

Menyambut pelantikan Donald Trump yang akan berlangsung pada Senin, 20 Januari 2025, banyak yang menantikan bagaimana kebijakan luar negeri AS di bawah kepemimpinannya akan memengaruhi dinamika hubungan dengan China. Trump akan memulai masa jabatannya yang kedua, menjadikannya presiden kedua dalam sejarah AS yang menjabat selama dua periode terpisah, setelah Grover Cleveland. Pelantikan ini akan digelar di Gedung Capitol AS pada pukul 12 siang waktu setempat.

Sebagai catatan, meskipun banyak isu yang masih menjadi sumber ketegangan, baik Amerika Serikat maupun China tampaknya sepakat untuk terus menjaga jalur komunikasi terbuka guna menghindari eskalasi konflik yang lebih besar. Kehadiran Han Zheng sebagai utusan Xi Jinping di pelantikan Trump merupakan langkah diplomatik yang penting, menunjukkan komitmen China untuk menjaga hubungan baik dengan pemerintahan AS yang baru. Langkah ini sekaligus menggarisbawahi betapa pentingnya kedua negara untuk dapat mengelola perbedaan dan berusaha menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan, meskipun tantangan yang ada sangat besar.

Ke depannya, tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan antara China dan Amerika Serikat akan terus menjadi faktor penentu dalam perekonomian global dan stabilitas kawasan internasional. Dalam konteks ini, pertemuan antara Vance dan Han Zheng merupakan langkah awal yang penting untuk memastikan bahwa hubungan antara kedua negara tetap dapat dikelola dengan hati-hati dan saling menguntungkan.

 

Sumber : Reuters

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *