tauaja.com

Blog

Pasangan Lansia Palestina Dipaksa Jadi Perisai Manusia Sebelum Dihabisi

Published

on

Pasangan Lansia Palestina Dipaksa Jadi Perisai Manusia Sebelum Dihabisi

Laporan investigasi yang dilakukan oleh media Israel mengungkap bahwa pasukan Israel di Jalur Gaza telah menggunakan seorang pria lansia Palestina sebagai perisai manusia sebelum menghabisinya bersama istrinya. Peristiwa ini terjadi di lingkungan Zeitoun, Kota Gaza, pada bulan Mei lalu.

Menurut laporan dari situs berita HaMakom, kejadian ini melibatkan beberapa brigade militer Israel, termasuk Brigade Nahal, Brigade Carmeli, dan Unit Multidimensional. Ketika pasukan Israel menyisir sebuah rumah di daerah tersebut, mereka menemukan pasangan lansia Palestina berusia sekitar 80 tahun yang tidak memiliki tempat tujuan untuk mengungsi. Sang pria harus berjalan menggunakan tongkat, dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk berpindah ke Khan Younis seperti yang diperintahkan oleh militer.

Alih-alih memberikan perlindungan atau alternatif lain, pasukan Israel malah mengambil keputusan untuk menggunakan pria lansia itu sebagai tameng hidup. Seorang tentara yang diwawancarai oleh HaMakom menyatakan bahwa pasukan mereka mengikat bahan peledak di leher pria tua tersebut dan memberitahunya bahwa jika dia melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, maka seorang tentara yang berada di belakangnya akan menarik tali yang bisa langsung memisahkan kepalanya dari tubuh.

Selama delapan jam, pria lansia itu dipaksa berjalan bersama pasukan militer Israel, meskipun secara fisik dia tidak memiliki kemampuan untuk melarikan diri. Dalam kondisi tersebut, dia digunakan untuk memasuki berbagai lokasi yang dicurigai sebagai tempat persembunyian atau terowongan milik kelompok perlawanan Palestina. Setelah digunakan untuk menyusuri rumah-rumah dan tempat-tempat yang diduga memiliki jebakan, pria tersebut serta istrinya diperintahkan untuk meninggalkan area tersebut dan menuju ke wilayah al-Mawasi.

Sayangnya, tidak ada koordinasi dengan unit lain yang beroperasi di daerah tersebut. Hanya dalam jarak 100 meter setelah diperintahkan pergi, pasangan lansia ini ditembak mati oleh pasukan Israel. Seorang tentara yang menjadi saksi menyatakan bahwa mereka tewas begitu saja di jalanan, tanpa ada yang memberi perintah eksplisit untuk membunuh mereka.

Taktik yang digunakan dalam insiden ini ternyata merupakan bagian dari strategi yang sudah lama diterapkan oleh militer Israel, yang disebut sebagai “protokol nyamuk”. Dalam strategi ini, warga Palestina kerap diperintahkan untuk memasuki rumah, terowongan, atau lokasi lain yang berpotensi berisi jebakan sebelum pasukan Israel memasukinya. Haaretz, salah satu media utama Israel, sebelumnya juga telah melaporkan bahwa penggunaan taktik semacam ini sudah berulang kali diterapkan sepanjang perang di Gaza.

Sejak Oktober 2023, ketika perang besar dimulai, lebih dari 48.000 warga Palestina telah kehilangan nyawa mereka, dengan sebagian besar korban terdiri dari perempuan dan anak-anak. Selain itu, blokade yang diberlakukan membuat Gaza mengalami kelangkaan parah terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan pasokan medis. Akibat situasi ini, hampir seluruh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa telah kehilangan tempat tinggal mereka dan terpaksa mengungsi.

Pada 15 Januari, setelah gagal mencapai tujuan utama perang termasuk penghapusan total Hamas dan pembebasan sandera, Israel akhirnya harus menyetujui perjanjian gencatan senjata dengan kelompok perlawanan di Gaza. Namun, hingga saat ini, dampak dari konflik tersebut masih sangat besar dan berlanjut, dengan jutaan warga Palestina terus berjuang untuk bertahan hidup dalam kondisi yang semakin memburuk.

 

Sumber: PressTV

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *