tauaja.com

Blog

Momentum Perjuangan Palestina: Refleksi dan Harapan Pasca Gencatan Senjata

Published

on

Momentum Perjuangan Palestina: Refleksi dan Harapan Pasca Gencatan Senjata
Pemimpin Hamas di Jalur Gaza sekaligus ketua tim negosiasi, Dr. Khalil al-Hayya. (Mayadeen)

Pemimpin Hamas di Gaza sekaligus ketua tim negosiasi, Dr. Khalil al-Hayya, menyampaikan bahwa peristiwa yang terjadi dalam pertempuran Badai Al-Aqsa telah menjadi titik balik penting dalam perjalanan panjang perjuangan rakyat Palestina. Ia menegaskan bahwa dampak dari pertempuran ini tidak akan berhenti meskipun konflik telah mereda, dan menekankan bahwa aksi militer yang dilakukan oleh Brigade Al-Qassam telah memberikan pukulan telak kepada Israel, yang akan terus dikenang dalam sejarah.

Dalam pernyataan yang disampaikan melalui siaran televisi setelah diumumkannya kesepakatan gencatan senjata, al-Hayya menyampaikan penghormatan kepada para syuhada yang gugur dalam perjuangan ini. Ia menegaskan bahwa rakyat Palestina akan terus memperjuangkan hak-haknya secara utuh hingga tanah air, Yerusalem, dan tempat-tempat suci terbebas dari pendudukan.

Al-Hayya juga menyoroti peran penting keteguhan rakyat Palestina dan keberanian perlawanan mereka, yang menurutnya berhasil menggagalkan berbagai rencana Israel. Ia menyatakan bahwa para pejuang Palestina telah melaksanakan operasi dengan semangat dan kekuatan yang luar biasa, sesuatu yang belum pernah disaksikan dunia sebelumnya.

Dalam pernyataannya, al-Hayya menegaskan bahwa pengorbanan rakyat Gaza tidak akan pernah dilupakan atau diabaikan. Ia menegaskan bahwa tidak ada seorang pun dari pihak Palestina yang akan mengkhianati darah para syuhada. Ia juga menegaskan bahwa musuh tidak akan pernah menyaksikan kelemahan dari rakyat Palestina, yang akan terus mengenang setiap kejahatan yang dilakukan selama konflik.

Lebih lanjut, ia menyebut bahwa rakyat Palestina telah berhasil menggagalkan tujuan-tujuan Israel, baik yang diumumkan secara terbuka maupun yang disembunyikan. Al-Hayya menegaskan bahwa perlawanan Palestina tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh pendudukan.

Ia menggambarkan tindakan Israel selama konflik sebagai genosida brutal yang mencerminkan kebencian terhadap kemanusiaan, berlangsung selama lebih dari 467 hari. Menurutnya, kejahatan-kejahatan tersebut akan tetap tercatat dalam ingatan dunia sebagai salah satu bentuk pemusnahan massal terburuk dalam sejarah modern.

Dalam pernyataannya, al-Hayya juga menyampaikan penghormatan kepada kelompok-kelompok perlawanan lain, seperti Jihad Islam dan Brigade Saraya Al-Quds, yang telah bersama-sama dengan Brigade Al-Qassam melakukan perlawanan militer terhadap Israel.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pihak-pihak yang mendukung perjuangan Palestina dari berbagai belahan dunia. Di antaranya adalah Hizbullah di Lebanon, yang menurutnya telah memberikan pengorbanan besar, termasuk kehilangan banyak pemimpin dan pejuang dalam upaya mendukung perjuangan menuju pembebasan Yerusalem. Ia juga memberikan penghormatan kepada jamaah Islamiyah di Lebanon serta Ansarullah di Yaman, yang menurutnya telah melampaui batasan geografis dan mengubah dinamika perang di kawasan.

Selain itu, al-Hayya mengapresiasi dukungan dari Republik Islam Iran, yang telah memberikan bantuan signifikan kepada perlawanan Palestina. Ia menyebut bahwa Iran terlibat langsung dalam konflik melalui operasi Promise of Truth (1) dan Promise of Truth (2), yang menghantam pusat-pusat strategis Israel. Dukungan juga datang dari kelompok perlawanan di Irak, yang berhasil mengatasi berbagai rintangan untuk memberikan bantuan kepada Palestina, termasuk meluncurkan rudal dan drone ke wilayah yang diduduki.

Al-Hayya juga memberikan penghormatan kepada para pemuda di Tepi Barat, khususnya di kamp pengungsi Jenin, serta mereka yang berada di Yerusalem dan wilayah Palestina yang diduduki.

Dalam kesempatan yang sama, al-Hayya menyampaikan terima kasih kepada para mediator yang telah bekerja keras dalam proses negosiasi gencatan senjata sejak hari pertama konflik. Ia menyebut secara khusus peran penting yang dimainkan oleh Qatar dan Mesir dalam upaya menghentikan agresi dan genosida yang terjadi di Gaza.

Sementara itu, Hamas dalam pernyataan resminya menyebut bahwa kesepakatan gencatan senjata adalah hasil dari keteguhan luar biasa rakyat Palestina dan perlawanan heroik yang berlangsung lebih dari 15 bulan. Hamas menganggap kesepakatan ini sebagai pencapaian yang signifikan dan menjadi salah satu tonggak penting dalam perjuangan melawan pendudukan, menuju tercapainya tujuan pembebasan dan kepulangan rakyat Palestina.

Hamas juga menyampaikan apresiasi terhadap berbagai dukungan, baik dari tingkat resmi maupun masyarakat sipil di dunia Arab, Islam, dan internasional. Dukungan tersebut dinilai telah membantu mengungkap kejahatan Israel dan menghentikan agresi yang terjadi.

Dalam konteks ini, pernyataan al-Hayya dan Hamas mencerminkan optimisme yang besar terhadap masa depan perjuangan Palestina. Mereka menekankan bahwa meskipun tantangan terus menghadang, persatuan rakyat Palestina dan solidaritas global akan menjadi kunci utama dalam melanjutkan perjuangan hingga tercapainya kemerdekaan penuh.

Dengan semangat yang tak tergoyahkan, rakyat Palestina terus menunjukkan bahwa mereka mampu bertahan dan melawan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Keberanian mereka menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan, memberikan harapan bahwa suatu hari nanti, tanah air mereka akan bebas dari segala bentuk penindasan.

Sumber : Mayadeen

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *