tauaja.com

Blog

Kebakaran Hutan Dahsyat di Los Angeles: Penyebab dan Dampaknya

Published

on

Kebakaran Hutan Dahsyat di Los Angeles: Penyebab dan Dampaknya

Pada pagi hari tanggal 7 Januari 2025, para penduduk di kawasan Pacific Palisades, sebelah barat Los Angeles, California, mulai melihat asap tebal yang mengepul dari arah perbukitan di dekat tempat tinggal mereka. Tak lama setelah itu, dalam waktu kurang dari setengah jam, luas kebakaran yang awalnya hanya mencakup area seluas 4 hektare, meluas menjadi lebih dari 80 hektare. Seiring berjalannya waktu, api terus meluas, melahap berbagai bangunan, termasuk perumahan, bioskop, restoran, pertokoan, dan sekolah-sekolah yang ada di kawasan tersebut.

Pada pagi hari tanggal 9 Januari, api yang semula tampak terkendali telah menjangkau area seluas 6.974,35 hektare atau sekitar 69,7 km persegi, yang hampir setara dengan satu setengah kali luas wilayah Jakarta Pusat. Kebakaran yang sangat cepat dan meluas ini terjadi di seluruh wilayah Los Angeles, dan para ahli meteorologi memperingatkan bahwa ini adalah salah satu kebakaran hutan terburuk dalam sejarah kota tersebut. Perkiraan awal kerugian yang disebabkan oleh kebakaran ini diperkirakan mencapai US$52 miliar hingga US$57 miliar, atau sekitar Rp864 triliun hingga Rp928 triliun.

Lalu, apa yang membuat kebakaran ini begitu hebat dan mengapa penyebarannya begitu cepat? Beberapa faktor alam dan cuaca diyakini berperan besar dalam kejadian ini, dan berikut adalah lima alasan utama yang menyebabkan kebakaran ini menjadi sangat besar dan sulit dikendalikan.

1. Tanaman Rimbun yang Meningkat Pesat

Salah satu faktor utama yang menyebabkan kebakaran ini begitu hebat adalah vegetasi yang sangat rimbun. Tanaman yang tumbuh subur dapat sangat mudah dilalap api saat kebakaran terjadi, dan kondisi alam pada tahun 2024 telah menciptakan lingkungan yang sangat mendukung bagi tumbuhnya vegetasi yang sangat lebat. Curah hujan yang tinggi pada tahun 2024, yang sebagian besar disebabkan oleh fenomena El Niño, berkontribusi pada tumbuhnya tanaman dengan cepat. Rory Hadden, seorang peneliti kebakaran di Universitas Edinburgh, menjelaskan bahwa hujan sering dianggap sebagai pemadam kebakaran, namun dalam kasus ini, hujan yang datang di awal tahun menyebabkan vegetasi tumbuh dengan sangat cepat. Saat musim kering datang, tanaman yang sudah tumbuh subur ini menjadi bahan yang mudah terbakar.

Peralihan cuaca dari kondisi basah menjadi kering menciptakan apa yang disebut sebagai “cambukan hidro-iklim”, yaitu perubahan yang memperburuk kondisi kebakaran. Maria Lucia Ferreira Barbosa, ilmuwan kebakaran hutan dari Pusat Ekologi dan Hidrologi Inggris, menyebutkan bahwa fenomena ini sangat ideal untuk penyebaran api. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa risiko peralihan cuaca semacam ini telah meningkat secara signifikan sejak pertengahan abad ke-20, dengan estimasi peningkatan antara 31% hingga 66% secara global.

2. Angin Santa Ana

Selain tanaman yang kering, angin yang sangat kencang juga turut memicu penyebaran api dengan kecepatan yang luar biasa. Angin Santa Ana, yang dikenal dengan tiupan yang sangat panas dan kering, memaksa kobaran api bergerak lebih cepat, bahkan melewati kawasan yang sebelumnya relatif aman. Kecepatan angin yang mencapai lebih dari 160 km/jam sangat berbahaya karena dapat menggerakkan api melalui vegetasi kering dengan sangat cepat, bahkan dalam waktu singkat. Angin ini tidak hanya mempercepat penyebaran api tetapi juga mengurangi kelembapan pada tanaman, menjadikannya lebih mudah terbakar.

Hadden menambahkan bahwa angin Santa Ana ini menciptakan kondisi yang sangat ekstrem bagi kebakaran hutan. Kecepatan dan sifat angin yang kering dan cepat menyebabkan api semakin cepat menyebar ke seluruh kawasan. Angin ini juga sangat tidak dapat diprediksi, yang membuat upaya pemadam kebakaran semakin sulit. Dalam beberapa kasus, angin ini bisa menjatuhkan kabel listrik, yang kemudian memicu kebakaran baru di tempat yang berbeda, menambah kompleksitas upaya pemadaman.

3. Bara Api yang Terbang Jauh

Salah satu alasan kebakaran ini begitu sulit dikendalikan adalah fenomena bara api yang terbawa oleh angin. Bara api, atau yang disebut firebrands, adalah serpihan api yang terbang jauh dari sumber kebakaran dan memicu kebakaran baru di lokasi yang jauh dari tempat asal api. Angin kencang yang menggerakkan kobaran api menyebabkan bara api ini terbang ke area yang lebih jauh, bahkan puluhan kilometer dari sumber kebakaran.

Bara api ini tidak hanya menimbulkan kebakaran baru, tetapi juga dapat membakar rumah-rumah yang sebelumnya tidak terjangkau oleh api. Hadden menjelaskan bahwa dalam kebakaran besar seperti ini, setiap rumah yang terbakar dapat menghasilkan lebih banyak bara api, menciptakan efek domino yang semakin memperburuk situasi. Jika bara api hanya memicu kebakaran di satu rumah, pemadaman mungkin dapat dilakukan, tetapi jika ratusan rumah terbakar secara bersamaan, maka situasi akan semakin sulit dikendalikan.

Selain itu, bara api ini sangat berbahaya bagi orang-orang di sekitar lokasi kebakaran. Alec Gellis, salah seorang korban kebakaran yang rumahnya terbakar, menggambarkan pengalaman hidupnya sebagai berada dalam pusaran bara api, di mana udara menjadi sangat panas dan tidak ada oksigen. Ia hampir tidak selamat, tetapi beruntung bisa melarikan diri ke dalam mobilnya tepat waktu.

4. Bukit dan Ngarai yang Memperburuk Penyebaran Api

Faktor geografis juga sangat mempengaruhi penyebaran kebakaran ini. Wilayah Los Angeles yang berbukit membuat api mudah bergerak menanjak ke atas bukit dan menyebar lebih luas. Fitur alam seperti ngarai dan jurang juga membuat api semakin tidak terkendali. Pada area yang berbukit, api akan menyebar dengan sangat cepat, mengingat kecepatan dan arah angin yang mendukung penyebarannya.

Tidak hanya penyebaran api yang semakin cepat, tetapi kondisi ini juga membuat evakuasi menjadi lebih sulit. Jalan-jalan sempit yang terletak di lereng bukit semakin menyulitkan orang-orang yang berusaha untuk melarikan diri. Beberapa kawasan di Pacific Palisades, misalnya, memiliki akses jalan yang terbatas, yang semakin memperburuk upaya untuk mengevakuasi penduduk yang terancam.

5. Perubahan Iklim yang Memperburuk Kondisi

Meski belum ada bukti pasti yang mengaitkan kebakaran ini secara langsung dengan perubahan iklim, banyak ahli yang percaya bahwa perubahan iklim memperburuk kondisi kebakaran hutan secara global. Matt McGrath, dalam laporannya untuk BBC News, mencatat bahwa perubahan iklim menyebabkan peningkatan jumlah hari dengan kondisi cuaca yang mendukung kebakaran. Hadden menjelaskan bahwa selain suhu yang semakin panas, perubahan iklim juga memperburuk kondisi dengan menciptakan lebih banyak angin kencang dan hujan yang sangat lebat, yang memungkinkan vegetasi tumbuh dengan cepat. Ketika cuaca kemudian berubah menjadi lebih kering, tanaman yang tumbuh pesat akan menjadi bahan yang sangat mudah terbakar, meningkatkan risiko kebakaran.

Perubahan iklim tidak hanya menyebabkan dunia semakin panas, tetapi juga memicu fenomena cuaca yang ekstrem, seperti angin kencang dan hujan yang tidak menentu, yang semakin memperburuk kondisi yang sudah sangat buruk. Oleh karena itu, meskipun kebakaran ini terjadi dalam konteks tertentu, perubahan iklim dapat memperburuk intensitas dan frekuensi kebakaran di masa depan.

Kebakaran hutan besar yang melanda Los Angeles pada Januari 2025 merupakan contoh nyata dari bagaimana faktor alam dan cuaca bisa saling memperburuk satu sama lain, menciptakan bencana yang sangat sulit diatasi. Tanaman yang tumbuh subur, angin kencang, bara api yang terbang jauh, kondisi geografis berbukit, dan perubahan iklim adalah faktor-faktor yang berkontribusi pada penyebaran api yang sangat cepat dan luas. Upaya pemadaman yang dilakukan oleh tim pemadam kebakaran menjadi lebih kompleks dengan adanya berbagai tantangan ini, sementara penduduk harus menghadapi kerugian yang sangat besar. Bencana ini menunjukkan betapa pentingnya sistem mitigasi bencana dan pemantauan cuaca yang lebih baik di masa depan untuk mencegah dan mengurangi dampak kebakaran hutan yang semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia.

 

Sumber : Detik.com

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *