Blog
Israel Lanjutkan Serangan di Tepi Barat Mengakibatkan Ribuan Warga Palestina Kehilangan Tempat Tinggal

Militer Israel terus menggempur wilayah Tepi Barat yang diduduki, terutama di Jenin, dengan menghancurkan infrastruktur dan memaksa ribuan warga Palestina mengungsi dari kota tersebut serta kamp pengungsi di sekitarnya. Aksi ini telah berlangsung selama lebih dari dua pekan, menyebabkan kehancuran besar-besaran dan kesulitan yang semakin parah bagi penduduk setempat.
Menurut Komite Media Kamp Pengungsi Jenin, sedikitnya 180 rumah telah dihancurkan oleh pasukan Israel sejak serangan ini dimulai. Akibatnya, lebih dari 15.000 penduduk kamp pengungsi Jenin terpaksa meninggalkan rumah mereka demi menyelamatkan diri. Operasi militer ini terjadi tidak lama setelah kesepakatan gencatan senjata yang mengakhiri serangan Israel di Gaza bulan lalu.
Laporan dari kantor berita resmi Palestina, WAFA, menyebutkan bahwa serangan yang terus berlanjut telah menyebabkan gangguan pada layanan-layanan dasar seperti pasokan air, listrik, dan pendidikan. Sekolah-sekolah terpaksa tutup, sementara empat rumah sakit mengalami kekurangan pasokan air yang mengancam layanan medis di wilayah tersebut. Situasi semakin sulit dengan adanya blokade yang dilakukan oleh pasukan Israel terhadap Rumah Sakit Pemerintah Jenin, sementara tim pemadam kebakaran dan layanan sipil berusaha menyalurkan air ke daerah yang terdampak parah oleh kekeringan akibat serangan ini.
Wali Kota Jenin, Mohammad Jarrar, menggambarkan situasi di kotanya sebagai “lumpuh total”, di mana seluruh aktivitas warga terganggu akibat serangan yang terus berlangsung. Sedikitnya 25 warga Palestina telah tewas sejak bulan lalu akibat operasi militer Israel di wilayah tersebut.
Tidak hanya di Jenin, serangan juga dilancarkan di beberapa wilayah lain di Tepi Barat, termasuk kota Tubas, desa Tamoun, serta kota Tulkarm. Pada hari yang sama, sebuah serangan drone Israel menghantam Tamoun, menambah daftar panjang serangan udara yang dilakukan terhadap wilayah-wilayah di Tepi Barat yang diduduki.
Rekaman video dari Tulkarm menunjukkan kerusakan besar pada jalan dan infrastruktur di kamp pengungsi kota tersebut. Farha Abu al-Haija, anggota Komite Populer Kamp Jenin, melaporkan bahwa total 26.000 warga Palestina telah diusir dari rumah mereka di Jenin dan Tulkarm dalam dua pekan terakhir. Pasukan Israel juga mengusir keluarga-keluarga yang tinggal di sekitar kamp pengungsi Jenin dan menghancurkan sebuah bangunan dengan 20 unit apartemen, membuat 200 orang kehilangan tempat tinggal.
Dampak serangan ini juga dirasakan oleh anak-anak yang mengalami tingkat stres dan kecemasan yang tinggi, dengan beberapa di antaranya mengalami gangguan tidur, ketakutan berlebihan, serta kondisi psikologis yang memburuk. Bahkan, beberapa anak mengalami inkontinensia urin dan serangan panik, yang menunjukkan trauma mendalam akibat situasi yang mereka alami.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi pengungsi Palestina, UNRWA, mengonfirmasi bahwa sebagian besar kamp pengungsi Jenin telah rata dengan tanah akibat ledakan yang dilakukan oleh pasukan Israel. Organisasi ini memperkirakan bahwa lebih dari 100 rumah telah hancur atau rusak berat. Juliette Touma, juru bicara UNRWA, menambahkan bahwa 13 sekolah UNRWA di kamp dan wilayah sekitarnya telah ditutup, yang berdampak pada 5.000 anak-anak yang kini kehilangan akses terhadap pendidikan.
Serangan yang terjadi di Tepi Barat berlangsung bersamaan dengan serangan udara yang terus dilancarkan Israel di Gaza. Sejak Oktober 2023, wilayah Gaza mengalami kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat bombardir tanpa henti yang dilakukan oleh Israel. Kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel mulai berlaku pada 19 Januari 2025, yang seharusnya mengakhiri lebih dari 15 bulan konflik berdarah di Gaza. Namun, meskipun kesepakatan ini telah ditandatangani, serangan Israel terus berlangsung dengan berbagai pelanggaran seperti serangan udara harian, serangan sniper, dan blokade bantuan kemanusiaan. Di sisi lain, Hamas tetap berkomitmen terhadap kesepakatan tersebut.
Sejak konflik terbaru dimulai, lebih dari 62.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Angka ini terus bertambah seiring ditemukannya lebih banyak korban di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan Israel.
Kondisi di Tepi Barat dan Gaza semakin memburuk dengan krisis kemanusiaan yang terus berkembang. Banyak warga yang kini kehilangan tempat tinggal, mengalami kekurangan makanan dan air, serta menghadapi keterbatasan dalam layanan medis. Komunitas internasional terus menyerukan agar kekerasan ini dihentikan dan bantuan kemanusiaan diberikan tanpa hambatan kepada warga sipil yang terdampak.
Meskipun tekanan dari berbagai pihak terus meningkat, Israel tetap melanjutkan operasi militernya dengan dalih keamanan. Sementara itu, warga Palestina menghadapi ketidakpastian akan masa depan mereka di tengah kehancuran dan penderitaan yang belum berakhir.
Sumber : WAFA