Blog
Gempa Berkekuatan 6,4 Mengguncang Prefektur Miyazaki Jepang, Tsunami Kecil Terjadi di Pelabuhan
Pada hari Senin, 13 Januari 2025, sekitar pukul 19.19 WIB (21.19 waktu Jepang), gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 6,4 mengguncang wilayah Prefektur Miyazaki, yang terletak di pulau Kyushu, Jepang. Guncangan gempa ini terasa cukup kuat di wilayah tersebut, memicu terjadinya dua tsunami kecil yang setinggi 20 cm di dua pelabuhan di kawasan Miyazaki. Meskipun tidak terlalu tinggi, tsunami tersebut tetap menambah kecemasan di masyarakat setempat.
Menurut Badan Meteorologi Jepang (JMA), tsunami yang terjadi akibat gempa ini sempat mencapai ketinggian sekitar satu meter di beberapa lokasi, seperti di Prefektur Miyazaki dan Kochi. Pemerintah Jepang segera mengeluarkan peringatan dini tsunami, mengingat gempa ini memiliki kekuatan di atas magnitudo 5, yang berpotensi menghasilkan gelombang laut yang lebih tinggi. Perkiraan awal menunjukkan tsunami setinggi satu meter yang diperkirakan akan mencapai daratan dalam waktu kurang dari 30 menit setelah gempa terjadi. Oleh karena itu, masyarakat setempat diminta untuk tetap waspada dan segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Lokasi gempa yang terjadi di Miyazaki ini berada di koordinat 31,78° lintang utara dan 131,54° bujur timur, sekitar 309 km barat daya Hiroshima. Berdasarkan data yang disampaikan oleh BMKG, gempa ini terjadi dengan kedalaman sekitar 40 km, yang berarti gempa ini termasuk dalam kategori gempa dangkal. Hiposenter, titik pusat gempa yang terletak di dalam bumi, berperan besar dalam menghasilkan guncangan yang cukup terasa di permukaan. Gempa ini dipicu oleh aktivitas subduksi Nankai, di mana dua lempeng tektonik bertemu dan salah satunya menyusup ke bawah lempeng lainnya.
Mekanisme gempa yang terjadi adalah pergerakan naik (thrust fault), yang sering menyebabkan gempa dengan intensitas tinggi di kawasan sekitarnya. Menurut Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, gempa ini memang sangat kuat dan bisa menimbulkan dampak yang lebih besar, meskipun sampai saat ini, laporan resmi dari Jepang belum menunjukkan adanya korban jiwa atau kerusakan yang berarti. Tidak ada laporan mengenai kerusakan bangunan yang signifikan atau terjadinya kecelakaan massal di wilayah yang terdampak. Namun, meskipun demikian, warga di beberapa wilayah pesisir tetap diminta untuk menjauhi area pantai demi menghindari potensi risiko lebih besar.
Stasiun televisi NHK melaporkan bahwa setelah gempa tersebut terjadi, tsunami kecil sempat terdeteksi di beberapa wilayah pesisir, khususnya di Prefektur Miyazaki dan Kochi. Gelombang yang terbentuk tidak setinggi yang diperkirakan sebelumnya, tetapi tetap mempengaruhi kegiatan di pelabuhan dan pantai-pantai sekitar. Meski gelombangnya relatif kecil, pemerintah setempat mengimbau agar warga tetap mengikuti protokol evakuasi dan memperhatikan instruksi dari pihak berwenang. Keberadaan sistem peringatan dini tsunami di Jepang terbukti sangat efektif, karena memberikan waktu bagi masyarakat untuk mengambil langkah-langkah perlindungan yang diperlukan.
Peringatan dini tersebut mengingatkan warga yang berada di wilayah pesisir agar tetap waspada terhadap potensi gelombang yang bisa datang lebih lanjut. Keberadaan sistem pemantauan tsunami yang terus-menerus diperbarui memungkinkan pemerintah untuk segera bertindak cepat dan mengurangi dampak yang mungkin terjadi. Meski demikian, tsunami yang terdeteksi tidak menimbulkan kerusakan serius atau korban jiwa hingga saat ini. Oleh karena itu, meskipun ada ancaman dari gelombang laut, situasi terkendali dengan baik oleh pihak berwenang di Jepang.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia mengeluarkan pernyataan bahwa gempa yang terjadi di Miyazaki tidak berpotensi menimbulkan tsunami besar di wilayah Indonesia. BMKG menegaskan bahwa meskipun kekuatan gempa tersebut cukup signifikan, wilayah Indonesia tidak akan terdampak oleh gelombang tsunami yang muncul di Jepang. Oleh karena itu, masyarakat pesisir di Indonesia diminta untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh informasi yang beredar. Meski begitu, masyarakat tetap diingatkan untuk terus memantau informasi dari BMKG dan pihak berwenang lainnya terkait kemungkinan ancaman bencana di wilayah Indonesia.
Dalam laporan lain, ABC News mengungkapkan bahwa meskipun gelombang tsunami yang terdeteksi kecil, dampaknya tetap cukup dirasakan di kawasan pesisir. Tsunami dengan ketinggian sekitar 20 cm muncul di beberapa pelabuhan, terutama di wilayah Prefektur Miyazaki dan Kochi, namun tidak menyebabkan kerusakan yang signifikan. Gelombang-gelombang ini lebih kepada fenomena pasang surut yang dipicu oleh pergerakan tektonik di bawah laut. Hal ini mengingatkan kita bahwa gempa bumi yang terjadi di kawasan zona subduksi Nankai ini memang berpotensi menghasilkan tsunami dalam ukuran yang lebih besar, meskipun kali ini dampaknya tidak terlalu besar.
Meski demikian, penting untuk mencatat bahwa sistem peringatan dini di Jepang berperan sangat penting dalam mengurangi jumlah korban jiwa dan kerusakan material yang bisa terjadi jika tsunami yang lebih besar benar-benar terjadi. Peringatan dini tsunami memberi waktu bagi warga untuk mengungsi dan menghindari ancaman yang lebih besar. Ini menunjukkan bahwa teknologi pemantauan dan sistem peringatan yang diterapkan di Jepang telah terbukti sangat efektif dalam menghadapi ancaman bencana alam.
Secara keseluruhan, meskipun gempa yang terjadi di Prefektur Miyazaki pada 13 Januari 2025 cukup besar dan memicu terjadinya tsunami kecil, dampaknya tetap dapat dikendalikan. Pemerintah Jepang dan berbagai lembaga terkait telah melakukan langkah-langkah antisipatif yang baik, seperti evakuasi warga dan pengawasan ketat terhadap perkembangan gelombang tsunami. Untuk masyarakat Indonesia, yang terpisah jarak jauh dari lokasi gempa, penting untuk tetap mengikuti informasi yang disampaikan oleh BMKG dan otoriotas terkait, dan selalu menjaga kewaspadaan terhadap potensi bencana alam lainnya.
Meskipun gempa ini tidak memengaruhi Indonesia secara langsung, kita harus tetap memantau kondisi geologis yang terjadi di zona subduksi yang berada di wilayah sekitar Indonesia. Wilayah Indonesia dikenal rawan gempa bumi dan tsunami, terutama di sepanjang Cincin Api Pasifik. Oleh karena itu, masyarakat harus selalu waspada dan siap untuk menghadapi potensi bencana yang bisa datang kapan saja.
Sumber : Kompas.com