tauaja.com

Blog

Bencana Longsor dan Banjir di Desa Kesimpar, Petungkriyono: 17 Tewas, 9 Masih Hilang

Published

on

Bencana Longsor dan Banjir di Desa Kesimpar, Petungkriyono: 17 Tewas, 9 Masih Hilang

Pada hari Senin sore, sekitar petang, wilayah Desa Kesimpar yang terletak di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, dilanda bencana alam yang sangat mengerikan. Longsor yang disebabkan oleh hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut menyebabkan banyak korban jiwa, kerusakan infrastruktur, dan kerugian lainnya. Sampai dengan hari Selasa pagi, tercatat ada 17 orang yang meninggal dunia, sementara 9 orang lainnya masih dalam pencarian. Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya kewaspadaan dalam menghadapi bencana alam, terlebih di daerah yang rawan bencana seperti Petungkriyono.

Camat Petungkriyono, Hadi Surono, menjelaskan bahwa bencana longsor tersebut terjadi setelah curah hujan yang sangat tinggi sejak Senin sore. Wilayah tersebut dikenal dengan kondisi alamnya yang rawan longsor karena memiliki topografi yang terjal dan berbukit. Dampak dari hujan yang intens ini sangat terasa di kawasan ini, dengan tanah yang labil di banyak tempat akhirnya bergerak, menutup jalan dan merusak rumah-rumah penduduk. Hadi juga menambahkan bahwa kejadian tersebut berlanjut hingga malam hari dan jumlah korban tewas terus bertambah. Awalnya hanya 4 orang yang ditemukan meninggal dunia, namun pada malam harinya jumlah korban meningkat menjadi 17 orang, dengan banyak di antaranya adalah warga sekitar.

Hadi Surono mengungkapkan, “Awalnya ada 4 korban, namun semakin malam semakin banyak korban yang ditemukan. Sebagian besar adalah warga setempat yang berada di rumah atau sekitar lokasi kejadian.” Salah satu kejadian yang mencuat adalah ada warga yang sedang beristirahat atau berteduh di rumah salah seorang pejabat desa. Tanpa diduga, rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung justru tertimpa longsor dan seluruh penghuni rumah tersebut ditemukan tewas di lokasi.

Bencana ini juga mencakup bencana banjir bandang yang datang bersama longsor, yang semakin memperburuk situasi. Curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan air sungai meluap dan menggenangi pemukiman warga, sementara longsor menutup akses jalan dan mempengaruhi wilayah yang lebih luas. Pencarian korban pun terhambat karena banyak jalan yang tertutup material longsor, sementara cuaca buruk membuat pencarian menjadi lebih sulit. Di beberapa lokasi, kabut tebal menyelimuti area tersebut, sementara hujan terus turun sepanjang malam, menambah kesulitan bagi tim penyelamat yang sedang berusaha keras mengevakuasi korban.

Berdasarkan informasi yang diperoleh pada Selasa (21 Januari 2025), hingga malam hari jumlah korban yang tewas tercatat mencapai 17 orang, sementara 13 orang lainnya dilaporkan terluka. Enam di antara korban luka-luka harus dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut, sedangkan tujuh orang lainnya masih dirawat di Puskesmas Petungkriyono dengan kondisi luka ringan. Terdapat juga sejumlah korban yang hingga kini belum ditemukan. Total ada sembilan orang yang masih dalam pencarian. Kepala Puskesmas Petungkriyono, Anugrah, menjelaskan bahwa pihaknya telah menangani sejumlah korban luka akibat bencana tersebut.

“Kami telah menangani 12 orang yang mengalami luka-luka. Dari jumlah tersebut, 6 di antaranya terpaksa dirujuk ke rumah sakit karena kondisinya cukup parah. Sebagian besar menderita fraktur tulang dan luka dalam,” ujar Anugrah. Namun, meski ada beberapa korban yang terluka, Anugrah juga menegaskan bahwa sebagian besar korban tewas telah diserahkan kepada keluarga mereka untuk dimakamkan. Sementara itu, pencarian terus dilakukan untuk mencari korban yang masih hilang.

Salah seorang korban yang selamat, Dahono (47), menceritakan detik-detik mencekam saat bencana longsor terjadi. Dahono bersama rombongan yang sedang dalam perjalanan pulang dari acara di Ponpes Tegal terjebak di tengah jalan yang tertutup longsor. Mereka terhenti di suatu titik dan segera memutuskan untuk keluar dari kendaraan dan mencari tempat yang lebih aman. “Kami keluar mobil dan berjalan kaki mencari tempat berlindung. Tiba-tiba saja longsor terjadi lagi dan menghancurkan tiga mobil kami yang terjebak di sana. Sampai sekarang, mobil-mobil kami belum ditemukan,” ujar Dahono. Meski peristiwa itu sangat mengerikan, Dahono dan keluarganya merasa beruntung karena bisa selamat dari bencana yang begitu besar.

Pihak Pemerintah Kabupaten Pekalongan, melalui Sekretaris Daerah (Sekda), M Yulian Akbar, mengungkapkan bahwa meskipun tim SAR dan relawan sudah berusaha keras melakukan pencarian dan evakuasi, cuaca yang buruk sangat menghambat proses tersebut. “Kami akan terus melakukan pencarian hingga malam nanti, dengan memperhatikan kondisi cuaca. Namun, tim kami bekerja dengan keras untuk menemukan korban yang hilang,” kata Yulian Akbar. Selain itu, Yulian juga menambahkan bahwa pemerintah kabupaten telah menetapkan status darurat bencana untuk Pekalongan dan sudah mendirikan posko-posko bantuan di masing-masing kecamatan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, yang dipimpin oleh Bergas Catursasi Penanggungan, juga memberikan konfirmasi terkait bencana yang terjadi di kawasan tersebut. Bergas menyatakan bahwa bencana ini melibatkan berbagai jenis kejadian, seperti tanah longsor, banjir bandang, dan tanah longsor yang terjadi di beberapa titik di wilayah Petungkriyono. “Kami masih melakukan pendataan terkait korban dan berusaha keras untuk menemukan mereka yang masih hilang,” jelas Bergas. Ia juga mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan mengikuti instruksi dari pihak berwenang yang sedang menangani bencana ini.

Pemerintah setempat juga melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dampak bencana. Selain meningkatkan upaya pencarian korban, mereka juga menyiapkan bantuan logistik bagi warga yang terdampak, terutama di wilayah yang terisolasi akibat longsor dan banjir. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan membuka posko-posko darurat di kecamatan-kecamatan yang terdampak. “Kami telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk membantu masyarakat yang terdampak oleh bencana ini, mulai dari penyediaan makanan, obat-obatan, hingga tempat berlindung sementara bagi warga yang rumahnya rusak,” kata Yulian.

Bencana alam ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya kesiapsiagaan menghadapi situasi darurat, terutama di daerah yang rawan longsor dan banjir seperti Petungkriyono, Pekalongan. Masyarakat diminta untuk selalu memantau informasi cuaca dan segera mencari tempat aman ketika tanda-tanda bencana mulai muncul. Selain itu, kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait sangat diperlukan dalam menghadapi bencana semacam ini. Dengan gotong royong, diharapkan proses evakuasi bisa lebih cepat dan korban yang hilang bisa segera ditemukan.

Dengan segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah, BPBD, dan masyarakat setempat, diharapkan seluruh korban dapat ditemukan dan diupayakan pemulihan kondisi pasca-bencana secepat mungkin. Tim SAR yang terus bekerja keras, bersama dengan relawan, akan terus memantau situasi di lapangan dan melakukan langkah-langkah terbaik untuk membantu mereka yang terkena dampak bencana ini.

 

Sumber : Detik

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *