Bisnis
Peluang dan Tantangan pada Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) di Tengah Penurunan Harga

Pada perdagangan saham hari Kamis, 27 Februari 2025, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengalami penurunan signifikan, mencapai 4,97% dan berada di level harga Rp 3.630 per saham. Bahkan, harga saham sempat menyentuh titik terendahnya dalam tiga tahun terakhir, yaitu di angka Rp 3.610. Dalam transaksi tersebut, tercatat volume perdagangan mencapai sekitar 410,93 juta saham dengan frekuensi transaksi sebanyak 86.397 kali. Nilai transaksi yang terjadi pun cukup besar, yakni mencapai Rp 1,52 triliun.
Selain penurunan harga saham, ada fenomena net sell asing yang turut mewarnai pergerakan saham BBRI. Net sell asing pada saham BRI tercatat mencapai Rp 593 miliar, dengan total transaksi penjualan saham oleh investor asing mencapai Rp 931 miliar. Penurunan harga saham BBRI pada awal tahun ini, khususnya hingga 27 Februari 2025, tercatat mengalami penurunan year to date (YTD) sebesar 11,03%.
Saham BRI mengalami tekanan yang cukup berat, yang sebagian besar disebabkan oleh faktor makroekonomi global. Salah satunya adalah kenaikan suku bunga The Fed yang berkelanjutan sepanjang tahun 2024. Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh Federal Reserve Amerika Serikat tersebut menyebabkan terjadinya capital outflow atau aliran dana keluar yang besar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini mempengaruhi sentimen investor terhadap saham-saham yang diperdagangkan di pasar Indonesia, termasuk saham BBRI.
Di tengah situasi tersebut, Gema Goeryadi, yang merupakan Founder dan CEO Astronacci, memberikan perspektif yang lebih positif terhadap pergerakan saham BBRI. Dalam sebuah pernyataan pada Rabu, 19 Februari 2025, Gema mengingatkan para trader dan investor untuk tidak terburu-buru panik melihat penurunan harga saham yang tajam. Menurutnya, momentum terbaik untuk membeli saham biasanya justru terjadi ketika harga saham sedang jatuh atau berada pada harga yang relatif murah. Oleh karena itu, bagi para trader yang ingin mendapatkan keuntungan besar, situasi seperti ini bisa menjadi peluang.
Namun, Gema menekankan pentingnya untuk memiliki strategi yang tepat dalam memilih waktu yang tepat untuk membeli saham, yaitu ketika harga diperkirakan akan berbalik arah atau mencapai titik terendahnya. Salah satu pendekatan yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan time trading analysis atau analisis waktu dalam perdagangan saham. Dengan menggunakan metode ini, trader dapat lebih percaya diri dalam mengambil keputusan investasi dan memprediksi kapan harga saham akan mengalami pembalikan tren.
Meskipun saham BRI sudah mengalami penurunan yang cukup lama, Gema melihat ada peluang pemulihan pada saham BBRI dalam waktu dekat. Salah satu faktor yang menjadi pendukung optimisme ini adalah rencana buyback saham BBRI yang diperkirakan bernilai hingga Rp 3 triliun. Buyback saham adalah tindakan perusahaan untuk membeli kembali saham yang beredar di pasar, yang sering kali dilakukan untuk meningkatkan harga saham dan memberikan sinyal positif kepada investor.
Gema menambahkan bahwa, berdasarkan analisis menggunakan metode Time Trading Astronacci, penurunan harga saham BBRI yang tajam diperkirakan akan segera berakhir. Ia mencatat adanya indikasi positif yang tercermin dari siklus Venus Synodic dan Venus Uranus yang menunjukkan bahwa ada potensi bagi saham BBRI untuk mengalami penguatan. Penguatan tersebut diprediksi bisa terjadi pada periode Juni hingga Juli 2025, dengan target harga mencapai Rp 6.350 per saham. Sementara itu, area support saham BBRI diperkirakan berada di kisaran harga Rp 3.750 hingga Rp 3.575 per saham.
Meski prospek pemulihan harga saham BBRI terlihat menjanjikan, Gema tetap mengingatkan para trader dan investor untuk tetap waspada karena volatilitas pasar yang masih tinggi. Oleh karena itu, disarankan agar para investor tidak terburu-buru dan tetap berhati-hati dalam membuat keputusan trading.
Bagi para trader atau investor yang ingin melakukan transaksi pada saham BBRI, Gema juga menekankan pentingnya untuk tetap tenang dan tidak mudah panik. Dalam situasi seperti ini, strategi yang dianjurkan adalah buy on weakness. Istilah ini merujuk pada strategi membeli saham ketika harga saham sedang turun, namun dengan harapan bahwa harga saham tersebut akan segera berbalik naik setelah mengalami penurunan tajam. Oleh karena itu, sangat penting untuk menunggu konfirmasi bahwa harga saham benar-benar akan berbalik arah, atau yang disebut dengan reversal.
Gema mengungkapkan bahwa berdasarkan analisis siklus yang dilakukan, pergerakan saham BBRI saat ini sudah berada pada titik cycle bottom dalam jangka pendek. Artinya, harga saham BBRI sudah mencapai titik terendah dalam siklus pergerakan harga sahamnya, dan potensi untuk rebound atau pemulihan harga cukup besar. Oleh karena itu, bagi para trader yang tertarik dengan saham BBRI, disarankan untuk mengamati pergerakan harga dengan seksama dan menunggu konfirmasi bahwa harga saham sudah mengalami pembalikan arah.
Di sisi lain, para investor yang lebih konservatif mungkin akan mempertimbangkan untuk menunggu lebih lama sebelum mengambil keputusan. Mereka bisa memilih untuk berinvestasi pada saham BBRI ketika tren penguatan harga saham semakin jelas terlihat. Meski demikian, tak bisa dipungkiri bahwa volatilitas yang terjadi di pasar saham Indonesia, khususnya pada saham-saham besar seperti BRI, memang cukup tinggi. Oleh karena itu, selalu penting untuk memiliki strategi yang matang dalam menghadapi fluktuasi harga saham yang sering kali terjadi.
Secara keseluruhan, meskipun saham BBRI menghadapi tekanan penurunan yang cukup besar sepanjang awal tahun 2025, terdapat beberapa faktor yang memberikan harapan bagi para investor dan trader. Analisis teknikal dan siklus pasar menunjukkan adanya potensi penguatan harga saham BBRI pada beberapa bulan mendatang, dengan target harga yang lebih tinggi. Selain itu, kebijakan perusahaan seperti buyback saham bisa menjadi katalis positif untuk mendongkrak harga saham ke level yang lebih tinggi. Namun, bagi para investor dan trader yang ingin terlibat dalam saham BBRI, mereka tetap disarankan untuk menjaga kewaspadaan dan memastikan strategi yang digunakan sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Sumber : Investor.id