tauaja.com

Bisnis

Dampak Kecerdasan Buatan China Terhadap Pasar Saham Teknologi AS

Published

on

Dampak Kecerdasan Buatan China Terhadap Pasar Saham Teknologi AS

pasar saham Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan tajam, terutama pada sektor teknologi. Salah satu faktor utama yang menyebabkan hal ini adalah ketatnya persaingan dalam teknologi kecerdasan buatan (AI), dengan munculnya model AI dari China yang semakin menarik perhatian pasar. Dalam hal ini, aplikasi DeepSeek, yang dikembangkan oleh perusahaan rintisan AI asal China, telah mencuri perhatian publik dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor terhadap masa depan sektor teknologi, khususnya dalam hal valuasi perusahaan-perusahaan AI yang sudah tinggi.

DeepSeek telah berhasil mengalahkan saingannya yang terkenal, yaitu ChatGPT yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi AS, OpenAI. Menariknya, DeepSeek kini menjadi aplikasi gratis yang menduduki peringkat pertama di App Store Apple di AS. Keunggulan yang dimiliki oleh DeepSeek antara lain adalah biaya pengembangan yang lebih rendah, karena perusahaan ini menggunakan chip dengan harga yang lebih terjangkau dan memerlukan data yang lebih sedikit dibandingkan dengan pesaing-pesaing dari AS. Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa AI China mungkin dapat mengubah dinamika pasar global dan mengguncang dominasi perusahaan-perusahaan teknologi besar yang ada di AS.

Menurut Robert Savage, kepala strategi dan wawasan pasar di BNY, katalis yang berasal dari pesaing asing semacam DeepSeek dapat menambah pertanyaan besar terkait perdagangan chip semikonduktor dan kebutuhan energi dalam pengembangan teknologi AI. Jika pasar terus melihat AI China sebagai kompetitor yang lebih efisien dalam hal biaya dan kemampuan operasional, maka kemungkinan besar valuasi sektor AI yang sebelumnya sangat tinggi di AS akan mengalami koreksi.

Pada awal perdagangan pada Senin, 27 Januari 2025, ketiga indeks utama Wall Street mengalami penurunan signifikan. Dow Jones dibuka melemah sekitar 0,22% di level 44.324,57, sementara S&P 500 tergerus hingga 1,61% di level 6.002,88, dan Nasdaq anjlok sebesar 2,64% ke level 19.426,66. Penurunan yang tajam ini sangat dipengaruhi oleh lonjakan popularitas AI China yang berbiaya rendah, yang telah memicu aksi jual besar-besaran terhadap saham-saham Big Tech yang selama ini menjadi pilar utama di pasar saham AS.

Saham-saham perusahaan yang bergerak di industri chip semikonduktor, seperti Nvidia dan Broadcom, terpaksa mengalami penurunan harga yang cukup dalam. Nvidia, yang dikenal sebagai salah satu produsen chip terbesar untuk aplikasi AI, bahkan turun sebesar 11,4% dalam perdagangan prapasar. Hal yang sama juga terjadi pada saham Broadcom dan Marvell Technology, yang masing-masing mengalami penurunan sekitar 11%. Perusahaan-perusahaan Big Tech lainnya, seperti Microsoft, Meta Platforms, dan Alphabet (induk dari Google), juga ikut tertekan dengan penurunan harga saham antara 1,8% hingga 3,6%.

Namun, dampak negatif tidak hanya dirasakan oleh perusahaan pembuat chip semikonduktor. Pembuat server yang menyediakan infrastruktur untuk pengolahan AI, seperti Dell Technologies dan Super Micro Computer, juga mengalami penurunan harga saham yang cukup tajam, yaitu 5,6% dan 8,1%. Begitu juga dengan perusahaan-perusahaan energi yang diperkirakan akan merasakan dampak peningkatan kebutuhan energi untuk pusat data AI, seperti Vistra dan GE Vernova, yang masing-masing turun lebih dari 14%.

Kekhawatiran utama para investor adalah apakah DeepSeek dan model AI yang lebih murah dari China benar-benar dapat mengguncang dominasi perusahaan-perusahaan teknologi besar yang selama ini memimpin industri. Adam Sarhan, CEO dari 50 Park Investments, mengungkapkan bahwa pengembangan DeepSeek dapat menyebabkan terjadinya penilaian ulang terhadap nilai perusahaan-perusahaan AI dan bahkan pasar secara keseluruhan. Jika AI China dapat memenuhi kebutuhan pasar dengan harga yang lebih rendah, maka ini bisa mengarah pada penurunan harga saham perusahaan-perusahaan besar yang selama ini bergantung pada keuntungan dari sektor teknologi.

Sebagai informasi tambahan, pasar global juga sedang dihantui oleh ketidakpastian geopolitik, terutama terkait dengan hubungan dagang antara AS dan negara-negara lain. Pada hari Minggu, 26 Januari 2025, AS dan Kolombia mengumumkan keputusan mereka untuk menarik diri dari ambang perang dagang, setelah pemerintah Kolombia setuju untuk menerima pesawat militer yang akan membawa migran yang dideportasi dari AS. Situasi ini menambah ketegangan di pasar, yang sudah tertekan dengan adanya masalah di sektor teknologi dan perdagangan internasional.

Selain itu, perhatian pasar juga tertuju pada kebijakan moneter yang akan diambil oleh The Federal Reserve (The Fed). Rabu, 31 Januari 2025, diperkirakan The Fed akan mengumumkan keputusan terkait suku bunga yang berlaku untuk pinjaman. Pasar berharap agar The Fed dapat mempertahankan tingkat suku bunga tetap stabil, mengingat ketidakpastian ekonomi global dan tantangan yang dihadapi sektor-sektor utama seperti energi dan teknologi.

Salah satu indikator ekonomi yang dinantikan adalah pembacaan pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) bulan Desember, yang dijadwalkan akan diumumkan pada Jumat, 2 Februari 2025. Pembacaan ini akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai inflasi dan apakah kebijakan moneter yang diambil oleh The Fed sudah cukup untuk mengatasi lonjakan harga.

Di sisi lain, ada juga pembicaraan tentang kemungkinan adanya tarif tambahan yang diusulkan oleh Donald Trump, yang dapat menambah beban inflasi dan memperlambat pemotongan suku bunga yang diinginkan oleh banyak pihak. Meskipun Trump belum memberikan rincian konkret terkait kebijakan perdagangan yang dimaksud, hal ini menjadi perhatian serius bagi pasar yang sudah diliputi ketidakpastian.

Secara keseluruhan, meskipun AI China memberikan angin segar bagi beberapa sektor, kehadirannya juga membawa dampak negatif bagi Big Tech di AS. Saham-saham teknologi AS, yang sebelumnya mengalami lonjakan harga, kini terpaksa mengalami koreksi tajam. Ke depan, ketidakpastian terkait dengan kebijakan suku bunga, perdagangan internasional, dan perkembangan teknologi AI akan terus menjadi faktor penting yang mempengaruhi pergerakan pasar saham global.

Sumber : CNBC

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *