tauaja.com

Bisnis

Facebook Pro atau YouTube: Mana yang Lebih Cepat Menghasilkan Uang?

Published

on

Facebook Pro atau YouTube: Mana yang Lebih Cepat Menghasilkan Uang?

Tauaja.com – Seru banget bahas soal monetisasi di Facebook dan YouTube, apalagi kalau kita bicara soal peluang dapet dolar dari kedua platform ini. Sebenernya, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, tergantung dari gimana kita mau ngegarapnya. Tapi kalau ngobrolin kenapa banyak yang rame-rame ke Facebook, ini jawabannya.

Facebook itu sekarang emang lagi booming banget buat kreator konten, terutama yang suka bikin video pendek atau Reels. Algoritma Facebook bisa bikin konten kita viral dalam waktu singkat, bahkan kalau kita belum punya banyak pengikut. Banyak orang dapet view gila-gilaan cuma dari konten sederhana, kayak orang nge-squish slime, bungkusin makanan, atau video dengan caption panjang yang bikin orang penasaran buat baca sambil video muter terus. Nah, model begini tuh memang ngebantu banget buat dapetin engagement, meskipun ada risikonya juga kalau kita nggak bikin konten dengan cara yang organik.

Dari pengalaman banyak kreator, salah satu cara aman main Facebook Pro adalah dengan bikin konten yang asli, otentik, dan sesuai minat kita. Misalnya konten dekor rumah, masak-masak, tanam-tanam, atau topik yang relate sama keseharian orang banyak. Jangan terlalu ngandelin trik kayak joget-joget atau caption clickbait, karena itu bisa dianggap nggak organik dan rawan kena dis-monetisasi. Kalau udah kena sanksi, ya sayang banget karena potensi dolarnya jadi hilang.

Selain itu, fitur bintang di Facebook juga menarik untuk diulik. Meskipun secara pendapatan mungkin nggak sebesar dari view, fitur ini tetep bisa jadi tambahan pemasukan, terutama kalau kita punya audiens yang loyal. Bintang itu mirip banget sama fitur gift di platform lain, tapi sekarang cenderung dipakai buat saweran atau cari perhatian kreator lain supaya saling follow. Makanya, nggak heran kalau ada kreator yang followers-nya banyak tapi view-nya malah sepi, karena audiens mereka nggak beneran suka sama kontennya.

Buat nge-boost view, konsistensi itu penting banget. Fokus di satu topik yang kita suka, misalnya bikin konten budaya daerah, traveling, atau bahkan humor lokal, bisa bikin audiens lebih terhubung sama kita. Misalnya, kalau kita fokus di konten Minangkabau, dari minivlog, jokes, atau cerita sehari-hari, audiens bakal lebih loyal karena mereka merasa topiknya deket sama mereka. Konsistensi ini juga bikin algoritma lebih gampang ngebaca audiens target kita.

Ngomongin soal Reels, musik yang kita pake juga nggak boleh sembarangan. Sebaiknya gunakan audio yang memang aman hak ciptanya. Ada audio asli yang bisa kita simpan di aplikasi, tapi tetap ada risiko sewaktu-waktu hak ciptanya diklaim lagi sama pemilik lagu. Jadi, mending main aman aja, pake suara asli atau musik tanpa copyright.

Buat teknis, banyak kreator ngedit video di aplikasi kayak CapCut. Kalau belum punya microphone, tipsnya adalah maksimalkan volume suara pas ngisi narasi. Dengan begitu, kualitas audio tetap oke meski alatnya sederhana. Dan soal kualitas video, nggak bisa dipungkiri, iPhone emang juara kalau buat konten. Banyak yang bilang kualitas video iPhone tetap lebih baik meskipun dibandingin sama flagship Android seperti Samsung Ultra. Jadi, kalau mau serius bikin konten, investasi di iPhone bisa jadi pilihan bijak.

Sekarang, gimana kalau dibandingin sama YouTube? Memang YouTube cenderung lebih sulit di awal karena syarat monetisasinya lumayan berat—1.000 subscriber dan 4.000 jam tayang. Tapi begitu tembus, penghasilannya lebih stabil karena CPM YouTube biasanya lebih tinggi dibandingkan Facebook. Selain itu, video di YouTube punya peluang lebih panjang buat terus menghasilkan pendapatan karena sifatnya evergreen. Video yang kita unggah setahun lalu masih bisa muncul di pencarian atau rekomendasi, beda sama konten di Facebook yang cenderung cepat tenggelam.

Jadi, meskipun Facebook ramai dan potensi viralnya besar, YouTube tetap worth buat diinvestasikan karena lebih stabil jangka panjang. Strateginya? Pakai Facebook untuk bangun audiens awal, jaring banyak view di sana, lalu arahkan mereka ke YouTube untuk nonton konten yang lebih mendalam. Dengan begitu, kita bisa dapet manfaat dari dua platform sekaligus.

Akhirnya, balik lagi ke pilihan masing-masing. Mau fokus di mana, Facebook atau YouTube, semuanya tergantung dari gaya konten, tujuan, dan apa yang bikin kita nyaman. Yang jelas, terus belajar dan konsisten itu kunci utamanya. Kalau kamu mau mulai, yuk, coba aja pelan-pelan, siapa tahu bulan depan udah bisa nembus dolar pertama!

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *